05 Maret 2010

Anak Emas Tanpa Instrumen

All hands,
Ekonomi Indonesia pada dasarnya mengalami interdependensi dengan ekonomi kawasan dan global. Penyakit yang diderita oleh ekonomi kawasan dan global akan dirasakan pula dampaknya oleh ekonomi Indonesia, bahkan sangat mungkin ekonomi Indonesia akan turut menjadi sakit pula. Karena menjadi bagian dari ekonomi global, maka ekonomi Indonesia sebagian mengandalkan pada pasokan bahan baku dan pasar dunia agar tetap bisa sehat dan eksis.
Sejarah mengajarkan bahwa eksistensi Angkatan Laut awalnya adalah untuk melindungi kapal dagang negara yang bersangkutan. Seperti diketahui, ancaman terhadap kapal dagang di masa lalu tidak berbeda dengan di saat sekarang, antara lain berupa pembajakan dan perompakan di laut. Belum lagi ketika itu upaya dari negara-negara lain untuk merebut kapal dagang suatu negara yang tidak dianggap sebagai sahabat atau sekutu. Untuk itulah kemudian dibentuk Angkatan Laut.
Di masa kini dalam era globalisasi, roda ekonomi bukan sekedar urusan perdagangan. Kelangsungan pasokan bahan baku industri juga merupakan isu pokok yang tidak dapat diabaikan. Sangat sering bahwa bahan baku itu tersedia di negara lain ---tidak tersedia di negara sendiri---, sehingga impor bahan baku merupakan pilihan yang paling realistis.
Pasokan bahan baku dari negara pemasok ke negara pengguna menggunakan moda transportasi laut. Apabila pasokan itu tidak lancar, maka kelangsungan ekonomi negara pengimpor juga terancam. Kalau alasan ketidaklancaran pasokan itu bersifat politis---misalnya embargo---, tidak tertutup kemungkinan akan memicu konflik antar negara. Ketidaklancaran pasokan dapat pula karena kondisi keamanan maritim sepanjang jalur pelayaran yang tidak aman.
Pada situasi demikian, terlihat jelas benang merah antara ekonomi suatu bangsa dengan Angkatan Laut. Aspirasi Cina mengembangkan kapal induk tidak lepas dari pertimbangan kepentingan ekonomi, selain tentunya upaya membangun hegemoni Cina. Sebagai informasi, untuk biji besi saja negeri kelahiran Tsun Yat Sen itu sangat tergantung pada negeri yang didirikan oleh kaum kriminal. Apabila negeri penindas kaum Aborigin itu menghentikan pasokan biji besi atau setidaknya memperlambat pasokan, ekonomi Cina akan mengalami pergolakan.
Indonesia merupakan negeri pengimpor minyak. Di samping itu, masih ada banyak bahan baku industri yang harus didatangkan dari luar negeri untuk menjamin jalannya mesin-mesin pabrik di negeri ini. Jalannya mesin-mesin pabrik berarti secercah harapan bagi para pekerja di pabrik-pabrik tersebut.
Selain itu, kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari lebih 17 ribu pulau membuat arti strategis perhubungan laut. Keterputusan transportasi antar pulau selain akan membahayakan keutuhan bangsa, juga berdampak tidak kecil terhadap ekonomi nasional. Sebab roda ekonomi nasional antara lain ditentukan pula oleh transportasi manusia dan barang antar pulau.
Dengan kondisi seperti itu ---baik internal maupun hubungan dengan dunia internasional---, adakah instrumen yang terbaik selain Angkatan Laut untuk mengamankannya? Kalau kini pemerintah menganakemaskan soft power, mampukah soft power mengamankan roda perekonomian Indonesia secara fisik? Kalau memang soft power bisa mengamankan, instrumen apa yang digunakan untuk mengamankan?

2 komentar:

Mitra mengatakan...

Mempelajari kiprah negara lain yang bergiat di Gulf of Aden untuk mengamankan perairan Somalia dari ancaman perompakan, dapat disimpulkan bahwa AL masih terkait erat dengan jalur perdagangan (sea lane of trading=SLOT). Di wilayah perairan kita Selat Malaka jadi primadonanya, konon ribuan kapal perhari lewat jalur ini dengan akibat negara menanggung resiko ancaman kekerasan di laut, bahaya navigasi dan pelanggaran hukum. Belum lagi jalur perdagangan favorit lainnya di Laut Jawa, Selat Makasar, dll menambah beban untuk mengawasi dan mengamankannya. Jika tidak ingin ada unsur AL asing yang ikut mengamankan perairan kita (seperti halnya di Somalia) maka soft power bukan pilihan yang bagus. Salam

Sipanggawe mengatakan...

Nampaknya para elit TNI / TNI AL memang perlu menggalang lobi dan diplomasi yang lebih kuat (sbg bagian dari taktik & strategi pembangunan kekuatan Angkatan Laut) kepada semua stake holder penentu kebijakan nasional, agar seluruh komponen elit penguasa di negeri ini lebih paham akan arti penting Angkatan Laut Indonesia yang kuat. Dengan MEF TNI AL, sejauh apa yang bisa diperbuat? Masih minim...