14 Februari 2009

Logistik Dan Durasi Perang

All hands,
Logistik tidak menentukan kemenangan, tetapi kemenangan tidak dapat dicapai tanpa dukungan logistik merupakan adagium yang sudah tidak asing lagi di militer, termasuk Angkatan Laut. Dukungan logistik akan menentukan jalannya perang atau major operations. Salah satu faktor yang bisa mengubah course of action dari perang atau major operations adalah logistik. Sehingga sudah merupakan hal yang wajar dari zaman dahulu salah satu sasaran yang harus dihancurkan sejak mulai pecahnya perang adalah fasilitas logistik lawan.
Salah satu jenis dari logistik adalah munisi sistem senjata. Dalam konteks Angkatan Laut, bentuknya bisa berupa rudal, torpedo, bom laut, ranjau laut maupun MKB untuk meriam kapal perang dan MKK. Menurut saya, ketersediaan logistik jenis tersebut merupakan critical vulnerabilities bagi AL kita dalam melaksanakan major naval operations, apalagi perang.
Alasannya sudah jelas, yaitu munisi-munisi tersebut mayoritas dipasok oleh pabrikan asing, khususnya negara-negara Barat. Dan secara tidak langsung mereka mengendalikan isi depo arsenal kita, dengan membatasi pengadaan jenis senjata seperti rudal, torpedo, bom laut, ranjau dan MKB. Jumlah munisi khususnya rudal dan torpedo yang ada di arsenal akan menentukan seberapa lama durasi kita untuk berkonflik secara terbuka dengan pihak lain.
Mungkin untuk jenis ranjau laut kita tak pusing, karena jumlahnya di arsenal konon ribuan buah sebagai hasil dari pengadaan era Trikora. Tapi ranjau laut sifatnya senjata defensif, sementara senjata ofensif kita mayoritas dipasok oleh negara-negara Barat. Sehingga bukan sesuatu yang berlebihan bila soal munisi merupakan critical vulnerabilitas bagi AL kita.
Lalu apakah ada solusi terhadap masalah itu? Solusi jangka pendeknya adalah mengurangi ketergantungan sistem senjata terhadap negara-negara Barat. Selama kebijakan luar negeri Indonesia masih membiarkan diri terombang-ambing di samudera yang luas, kita tidak bisa mengharapkan ada kawan saat negeri tercinta berkonflik dengan negara-negara lain.
Sedangkan solusi jangka panjangnya adalah pengembangan alutsista melalui kerjasama dengan negara-negara tertentu. Jalan lainnya adalah mencuri teknologi dari negara-negara yang menguasai teknologi sistem senjata. Membuat sistem senjata Angkatan Laut tidak mudah, sebab tidak dapat disamakan dengan membuat panser. Sebab sistem senjata Angkatan Laut bukan sekedar platform kapal perang saja.

Tidak ada komentar: