17 Januari 2011

Teknologi Versus Kedaulatan

All hands,
Teknologi memiliki relevansi langsung dengan kedaulatan. Contoh soal ini banyak sekali. Misalnya, Inggris yang "patah hati" karena tidak diberi akses oleh Amerika Serikat terhadap kode-kode dalam perangkat lunak pesawat tempur F-35 JSF, sehingga mengembangkan sendiri perangkat lunak sistem senjata itu. Ada pula cerita tentang sedikitnya Angkatan Laut di dunia yang diberi akses oleh Amerika Serikat terhadap teknologi Aegis. Atau cerita tentang embargo yang dijatuhkan Amerika Serikat kepada Indonesia beberapa tahun lalu yang berujung pada rendahnya tingkat operasional sistem senjata tertentu milik militer Jakarta.
Isu teknologi versus kedaulatan memang isu yang problematik. Mengapa demikian? Pada satu sisi, negara-negara maju berupaya mengendalikan proliferasi berbagai macam sistem senjata maju. Akan tetapi di sisi lain, teknologi yang terkait dengan sistem senjata butuh pula untuk ditransfer ke negara-negara sekutu, kawan dan mitra sampai pada tingkatan tertentu. Penyebaran teknologi itu bukan berarti tanpa resiko, khususnya apabila bocor kepada negara lain yang tidak dikehendaki.
Dalam era globalisasi dewasa ini, kerjasama di bidang teknologi pertahanan merupakan hal yang tak bisa dihindari. Di sinilah munculnya tantangan terhadap kedaulatan, khususnya terhadap negara pemilik asal teknologi. Namun dari perspektif lain, sangat sulit bagi suatu negara untuk memakai sendiri sistem senjata buatannya dengan teknologi maju yang ada di dalam sistem senjata itu tanpa mengekspor ke negara lain, sebab di sini harus dipertimbangkan pula faktor-faktor ekonomi.
Terkait dengan Indonesia, bangsa ini harus sadar bahwa kemandirian alias self suffiency dalam teknologi pertahanan biayanya sangat besar, sehingga sulit untuk diwujudkan secara absolut. Sebagai contoh, Indonesia tidak memiliki tambang biji besi sebagai bahan baku bagi baja. Padahal baja itu diperlukan bagi pembangunan kapal perang dan sistem senjata lainnya. Itulah gambaran betapa kemandirian absolut tidak ada.
Artinya, kedaulatan dalam teknologi sistem senjata juga tak bersifat mutlak. Harus ada trade off antara kedaulatan dengan hal-hal yang terkait produksi sistem senjata, seperti material/bahan baku atau teknologi sistem senjata itu sendiri.

Tidak ada komentar: