13 April 2011

Memberdayakan Skuadron Helikopter Angkatan Laut

All hands,

Sejarah kelahiran skudron helikopter Angkatan Laut tidak lepas dari tuntutan kebutuhan operasional Angkatan Laut untuk melaksanakan tugas pokoknya. Skuadron 400 dibentuk untuk mendukung satuan kapal permukaan dalam melaksanakan peperangan anti kapal selam. Helikopter pertama yang memperkuat skuadron ini adalah pesawat sayap putar buatan Uni Soviet, yang entah kenapa kemudian tidak dilengkapi dengan peralatan anti kapal selam. Padahal para kru helikopter itu telah dilatih di Uni Soviet untuk mengoperasikan berbagai peralatan peperangan anti kapal selam.

Seiring dengan berjalannya waktu, kemampuan skuadron helikopter mengalami penurunan dalam bisnis peperangan anti kapal selam. Penyebabnya tak lain karena tak tersedianya berbagai peralatan peperangan anti kapal selam di helikopter, seperti dipping sonar dan lain sebagainya. Skuadron ini sempat bangkit dalam bisnis utamanya yaitu peperangan anti kapal selam ketika sejumlah heli Wasp produksi Inggris memperkuat kekuatan udara Angkatan Laut Indonesia saat Jakarta membeli fregat kelas Van Speijk dari Den Haag. Tetapi pada akhir 1990-an helikopter itu kemudian harus dipensiunkan karena pertimbangan teknis sehingga kemampuan skuadron helikopter kembali menurun terkait dengan bisnis utamanya.

Kini helikopter kekuatan udara Angkatan Laut praktis berfungsi sebagai satuan angkut saja sambil menunggu realisasi pengadaan helikopter anti kapal selam sebagaimana diatur dalam Renstra Angkatan Laut. Meskipun demikian, sebenarnya tetap ada cara untuk memberdayakan kekuatan helikopter Angkatan Laut dalam rangka mempersiapkan satuan ini kembali ke bisnis utamanya sebagai satuan anti kapal selam. Misalnya dengan meningkatkan intensitas skuadron ini dalam patroli maritim, dengan catatan harus dilengkapi peralatan optis. Sehingga kekuatan helikopter Angkatan Laut tidak semata berkutat dalam angkutan udara.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

gelar kekuatan Skuadron 400 Puspenerbal menjadi dikotomi yang paradoksal. meskipun tidak memiliki kekuatan AKS maupun AKPA, bukan berarti ilmu temur tersebut juga tidak dienyam. bahkan SOP pun kini menjadi barang yang asing di skuadron ini, bagaimana menghadapi pertempuran laut yang sesungguhnya? ada yang salan dalam sisitem manajerial Penrbangan TNI AL yang tidak konsisiten dengan fungsi AKS/AKPA yang pernah ditakuti di kawasan regional dengan helikopter WASHP teknologi Inggris yang kemudian kini melahirkan varian Feature Link yang sangat menakutkan bagi kapal selam seantero dunia. begitu pula dengan MI-4 buatan rusia yang sudah dirancang dapam Probangkuat Penerbangan TNI AL kala itu. tetapi mengapa kini penentuan kebutuhan kekuatan helikopter AKS/AKPA hanya pilihan bisnis? apa untungya membeli helikopter MI-2 yang jelas tidak rekomended untuk Naval Varsion? Kalau dissesion maker menganggap negara ini tidak ada ancaman barangkali itulah yang terjadi dan jangan pernah berani berperang dengan negara tetangga nanti yang jadi korban prajurit dan yang senagsara anak dan keluarga. Thanks for glori Indonesian Navy