03 April 2011

Tantangan Peperangan Ranjau

All hands,

Peranjauan tetap merupakan salah satu metode yang murah untuk mengancam keamanan maritim dalam masa damai maupun merusak kapal perang lawan dalam masa perang. Oleh karena itu, peran satuan ranjau di masa damai pun tidak dapat diabaikan. Negeri seperti Singapura yang hidup matinya tergantung pada terbukanya akses laut menempatkan satuan ranjau Angkatan Laut dalam posisi penting, di mana kapal-kapal buru ranjau negara itu secara rutin menggelar patroli di alur-alur masuk Singapura. Patroli itu ditujukan untuk mencari ranjau yang mungkin saja ditebarkan oleh pihak tertentu.

Di Indonesia, dalam masa damai seperti saat ini pun ranjau merupakan salah satu ancaman yang tersembunyi bagi kepentingan navigasi. Masih banyak ranjau yang bertebaran di beberapa perairan, khususnya yang menjadi alur laut keluar masuk pelabuhan. Ranjau-ranjau itu merupakan peninggalan perang di masa lalu.

Sebagai satuan Angkatan Laut, satuan ranjau senantiasa dituntut untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan profesionalisme mereka dalam bidangnya. Upaya tersebut dalam situasi sekarang tidak mudah, sebab tidak berbanding lurus dengan ketersediaan sistem senjata. Semua kapal ranjau yang ada usianya sudah di atas 2o tahun, sehingga mempengaruhi kesiapan operasi dan latihan karena kesiapan kapal maupun peralatan yang ada di dalamnya menjadi menurun. Salah satu akibatnya, sebagian kapal itu dialih fungsikan menjadi kapal patroli dan kapal hidrografi.

Kondisi ini merupakan tantangan bagi kekuatan laut Indonesia. Modernisasi kekuatan kapal ranjau sudah waktunya dilaksanakan. Modernisasi merupakan jawaban terbaik untuk menjaga dan meningkatkan profesionalisme pengawak satuan ranjau.

Tidak ada komentar: