08 Mei 2011

Strategi Energi Amerika Serikat

All hands,

Selama ini strategi energi Amerika Serikat sudah cukup banyak dikenal oleh berbagai pihak. Penggunaan kekuatan militer untuk mengamankan kepentingan energi Washington merupakan salah satu pendekatan yang cukup populer. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa petualangan militer Amerika Serikat di luar negeri antara lain demi mengamankan akses terhadap energi.

Namun demikian, ada satu pendekatan dalam strategi energi Amerika Serikat yang selama ini sepertinya belum begitu banyak dicermati. Irak zaman Saddam Hussein menjadi korban dari pendekatan itu. Pendekatan itu adalah melalui penerapan sanksi institusi internasional, dalam hal ini PBB, termasuk sanksi pembatasan sangat ketat terhadap ekspor minyak Irak.

Selama 1990-2003, praktis sumur minyak di Irak tidak berproduksi dalam jumlah besar karena sanksi PBB yang diprakarsai oleh Washington. Kondisi itu mencerminkan bahwa pasca invasi militer Amerika Serikat ke Irak, Washington diuntungkan dengan tak berproduksinya ladang minyak Irak selam 13 tahun. Sebab usia produksi sumur minyak di Negeri Seribu Satu Malam itu diperpanjang 13 tahun oleh Washington. Katakanlah dalam perhitungan normal bumi Irak masih akan menyemburkan minyak hingga 200 tahun, dengan adanya kevakuman 13 tahun berarti menambah usia sumur itu selama 13 tahun menjadi 200 tahun.

Sangat mungkin ada negeri penghasil minyak lainnya ke depan yang akan mendapat perlakuan serupa dari Washington.

1 komentar:

Sorcerer13 mengatakan...

Admiral,
Tulisan anda bagus-bagus. Saya mau meninggalkan komentar di sini terkait dengan topiknya.

Yang harus diwaspadai oleh Indonesia juga adalah bahwa kedaulatan energi tidak hanya serta merta tentang minyak, tetapi sumber-sumber energi lainnya. Sebagai contoh, Afghan itu bukan tentang minyak, melainkan lithium yang merupakan bahan utama sumber energi masa depan, i.e. fuel cell, battery, dll.

Saya rasa ke depannya TNI harus aware mengenai hal-hal terbaru roadmap bagaimana kedaulatan energi itu bisa dicapai.

Sebagai akademisi, saya juga sadar selama ini komunikasi antara TNI dengan Universitas-universitas dan lembaga-lembaga penelitian, maupun personal peneliti Indonesia masih belum baik, dan sebaliknya. Mungkin terkait sejarah komunikasi yang cukup hitam. Saya membayangkan sebuah hubungan mesra TNI-akademisi seperti halnya hubungan militer AS dengan DARPA dan berbagai macam research office di setiap angkatan.

Demi Indonesia yang lebih kuat.