04 Januari 2009

Pembangunan Kekuatan Laut Demi Stabilitas Kawasan

All hands,
Terkait dengan adanya “tuntutan” masyarakat internasional, khususnya kawasan Asia Pasifik, agar AL negeri ini lebih memberikan perhatian khusus terhadap isu penataan stabilitas kawasan hendaknya disikapi dengan jernih. Sebab hal itu menurut hemat saya, lebih banyak manfaat daripada ruginya. Kerugian yang nyata, di depan mata dan sekaligus menyangkut kedaulatan dan harga diri bangsa bila Indonesia tak memenuhi “tuntutan” itu adalah pengamanan perairan yurisdiksi negeri ini dilakukan oleh pihak asing. Entah itu Angkatan Laut atau perusahaan keamanan seperti Blackwaters, Inc.
“Tuntutan” tersebut hendaknya dilihat sebagai opportunity and chance bagi AL, termasuk pula dalam program pembangunan kekuatan. AL kita hendaknya secara cerdik memanfaatkan perannya dalam stabilitas keamanan kawasan sebagai (salah satu) alasan untuk membangun kekuatan. Sehingga pembangunan tersebut tidak dicurigai oleh aktor-aktor tertentu sebagai upaya untuk menggerus legitimasinya di kawasan Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara.
Selama ini sulit untuk diingkari kesan bahwa pembangunan kekuatan laut Indonesia terkadang dipandang dengan penuh kecurigaan. Pihak-pihak yang bersikap demikian takut bila pembangunan itu ditujukan untuk menggerus legitimasi yang selama ini mereka nikmati di kawasan. Kuatnya AL Indonesia dianggap sebagai ancaman terhadap kemapanan yang telah mereka ciptakan.
Oleh karena itu, sejak 1970-an hingga kini Indonesia senantiasa bukan pemakai pertama sistem senjata yang canggih di Asia Tenggara. Sebagai contoh, rudal Exocet MM-38 dan Harpoon baru diizinkan dijual kepada Indonesia oleh Amerika Serikat setelah ada negara lain di kawasan ini yang sudah terlebih dahulu memakainya. Hanya dalam kasus kapal selam saja sebagai pengecualian, sebab Indonesia masih diperbolehkan menggunakan kapal selam buatan Barat di kawasan ketika negara-negara lain masih sibuk dengan pengadaan kapal atas air.
Negara-negara tertentu tidak memang tidak menghendaki AL Indonesia yang kuat, karena hal itu akan mengganggu kebebasan mereka berlalu lalang di perairan negeri ini. Itulah yang mereka alami dan rasakan ketika AL kita menjadi AL terkuat di Asia Tenggara tahun 1960-an, saat Angkatan Laut Malaysia hanya dilengkapi dengan kapal-kapal patroli ukuran kecil dengan senjata terbatas.
Supaya pembangunan kekuatan laut kita tak menimbulkan kecurigaan berlebihan, sudah saatnya Indonesia memanfaatkan dalih demi stabilitas kawasan sebagai alasan pembangunan tersebut. Sehingga ketika negara-negara lain bertanya kenapa Indonesia membeli kapal selam, kapal fregat dan lain-lain, jawaban yang kita gunakan adalah stabilitas kawasan. Dengan membeli kapal fregat dan korvet, kemampuan Indonesia untuk mengamankan setiap sudut wilayah perairannya menjadi lebih terjamin.
Alasan-alasan seperti itulah yang harus dikemukakan kepada masyarakat internasional. Ketika pembangunan kekuatan kita kaitkan dengan stabilitas kawasan, pihak asing akan segera paham. Sebab stabilitas kawasan adalah bahasa politik mereka sehari-hari. Oleh karena itu, Indonesia harus berbicara dalam bahasa itu pula.
Dengan kata lain, Indonesia harus berbicara dengan mereka menggunakan frekuensi yang sama. Selama ini seringkali negeri berbicara dalam frekuensi yang tidak sama dengan mereka, sehingga terkadang timbul kesan Indonesia kurang merespon aspirasi kawasan.
Ada contoh yang bagus mengenai pembangunan kekuatan laut yang didalilkan untuk stabilitas kawasan. Yaitu Angkatan Laut negara-negara Nordic, yang membangun Angkatan Laut atas dasar untuk pemeliharaan perdamaian dunia. Tidak heran bila kini Angkatan Laut negara-negara Nordic aktif dalam berbagai operasi perdamaian maritim, baik di bawah bendera PBB maupun bukan PBB.

1 komentar:

Ajisaka mengatakan...

Saya pikir iti adalah sebuah konsep dan strategi cemerlang dalam rangka pembangunan kekuatan AL kita. Setiap tujuan yang tersembunyi haruslah mempunyai alasan-alasan yang tepat dan logis agar dapat diterima oleh opini internasional dan regional sehingga kita tidak dicurigai berwatak agreesif. Dengan mendorong opini internasional dan regional bahwa kita akan selalu "konsen" dalam menciptakan menciptakan stabilitas kawasan tentu akan menimbulkan rasa aman secara psikologis bagi negara-negara yang mempunyai kekhawatiran bagi upaya kita tersebut.