02 September 2009

Perlu Kecermatan Dalam Memilih Kapal Selam

All hands,
Persaingan geopolitik antara India versus Cina berimplikasi pula pada pembangunan kekuatan Angkatan Laut kedua negeri. Cina sedang berambisi mengembangkan blue water navy yang pencapaiannya paling cepat 20 tahun dari sekarang. Sambil menunggu ambisi itu terwujud, kekuatan laut Cina pelan-pelan mulai “belajar” merambah Samudera India. Seperti diketahui, dalam konsep geopolitik India Samudera India merupakan wilayah kepentingannya, sehingga masuknya Angkatan Laut Cina memperoleh hirauan besar dari India.
Bentuk hirauan itu tidak sebatas menggelar Malabar Exercise secara rutin dengan Amerika Serikat di Samudera India dan Laut Filipina lepas pantai Okinawa, tetapi menyentuh pula program pembangunan kekuatan Angkatan Laut. Untuk menghadapi “intrusi” Cina ke Samudera India, pembangunan Angkatan Laut India di antaranya difokuskan pada pengembangan kapal selam. Alasan pilihan pengembangan kapal selam sudah dapat ditebak, yaitu untuk mengancam kehadiran kapal atas air Cina.
Model pengembangan kekuatan Angkatan Laut India ini mirip dengan pengembangan Angkatan Laut Uni Soviet di era Fleet Admiral of the Soviet Union Sergey G. Gorshkov. Gorshkov memilih mengembangkan kapal selam untuk mengancam kehadiran kapal atas air U.S. Navy di berbagai perairan dunia. Dengan kapal selam, strategi penangkalan nuklir Uni Soviet akan lebih terjamin pelaksanaannya, khususnya untuk melaksanakan second strike.
Berdasarkan analisis strategi, Indonesia sepertinya tidak punya pilihan lain kecuali mengikuti model pengembangan yang dilaksanakan oleh India. Pengembangan armada kapal selam tidak dapat ditunda-tunda lagi, sebab armada Angkatan Laut tidak cukup bersandar pada kapal atas air. Unsur daya kejut merupakan kelebihan kapal selam yang tidak dipunyai oleh kapal atas air. Dengan kapal selam, kemampuan kekuatan laut Indonesia untuk melaksanakan penghancuran dan atau pembalasan terhadap kekuatan laut (calon) lawan seperti Malaysia akan terjamin.
Sangat disadari bahwa biaya pengadaan kapal selam tidak murah. Oleh karena itu, penentu kebijakan pertahanan harus berpikir arif dan jangka panjang. Maksudnya, jangan sampai pemilihan jenis kapal selam berdasarkan pada harga yang lebih murah, bukan pada kualitas yang sudah teruji dan diakui oleh dunia internasional. Parameter kualitas yang sudah teruji dan diakui oleh dunia internasional ini sangat penting, karena secara ekonomis dan operasional kerugian akan sangat besar apabila memilih kapal selam yang kualitasnya belum diakui.
Kasus kapal atas air jenis tertentu buatan negara tertentu hendaknya menjadi pelajaran. Kapal kelas itu mempunyai penyakit bawaan pada sistem tertentu, sehingga cukup merepotkan kita walaupun usianya masih muda. Penyakit bawaan itu tidak hanya terjadi di satu kapal, tetapi di semua kapal yang satu kelas.
Belajar dari kasus kapal atas air tersebut, hendaknya menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis kapal selam yang akan dipilih. Sangat jelas bukan harapan dan keinginan kita penyakit pada kapal atas air itu ditularkan pula pada kapal selam baru nantinya.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Bro Allhands,

Apakah maksud anda kapal yang "penyakitan" tsb adalah Sigma Class?

Ada masalah apa, integrasi combat systemnya atau masalah pada desain kapalnya?

rgds,
rafaleyyy

Anonim mengatakan...

Bro Allhands,

Apakah maksud anda yang "penyakitan" tsb adalah Sigma Class?

Ada masalah apa, integrasi combat system-nya atau masalah pada desain kapalnya?

Apakah SSM yang belum terpasang disebabkan alasan teknis ini?

Rgds,
rafaleyyy

Allhands mengatakan...

Kelas Sigma bukan satu-satunya kelas kapal yang memperkuat susunan tempur kekuatan laut Indonesia, kan?