27 Januari 2011

Jawaban Atas Pertanyaan Tentang Perilaku Cina

All hands,
Cina kini tumbuh menjadi kekuatan politik, ekonomi dan militer baru di tingkat kawasan dan global. Salah satu pertanyaan yang mengusik negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik adalah bagaimana perilaku Cina apabila ketiga instrumen kekuatan nasionalnya makin kuat dan menjadi pesaing Amerika Serikat. Kini jawaban atas pertanyaan itu mulai menemukan bentuknya.
Cina tidak akan jauh berbeda dengan Amerika Serikat dalam perilakunya di kawasan ketika kekuatan politik, ekonomi dan militernya makin kuat. Itulah jawaban dari pertanyaan tersebut. Banyak gejala yang mendukung ke arah yang mendukung jawaban tersebut.
Kasus Taiwan bisa dijadikan salah satu patokan, di mana Cina menekan habis-habisan negara yang tak menganut Kebijakan Satu Cina. Begitu pula dengan kasus penganugerahan hadiah Nobel kepada pembangkang negeri itu pada 10 Desember 2010, Beijing menekan berbagai negara untuk memboikot upacara pengerahan di Oslo. Tekanan pada kedua kasus lebih pada penggunaan instrumen politik dan ekonomi minus militer.
Tidak adanya tekanan memakai instrumen militer tak lain karena kemampuan proyeksi kekuatan laut Cina saat ini masih terbatas. Namun ceritanya akan lain ketika kemampuan proyeksi Angkatan Lautnya meningkat pasca 2020, terlebih ketika eks kapal induk Rusia telah selesai mereka perbaiki. Singkatnya, Cina akan petantang-petenteng pula di dunia, khususnya di kawasan Asia Pasifik.
Kondisi demikian perlu diantisipasi oleh Indonesia. Sebab Indonesia mulai banyak memakai sistem senjata buatan Cina dalam Angkatan Bersenjatanya. Jakarta mempunyai pula konflik dengan Beijing di ZEE Indonesia di Laut Cina Selatan. Sekali lagi, jangan sampai lepas dari mulut Washington (baca: macan) masuk ke mulut Beijing (baca:buaya).

4 komentar:

nev mengatakan...

Jangan lupa, walaupun china saat ini memiliki kemampuan untuk "menekan" negara2, mereka tetap menghormati negara yang menghormati mereka. Hal itu bisa dilihat dari 2 issue yg mas sebutkan (taiwan dan noble prize), keduanya erat kaitannya dengan kedaulatan mereka spontan mereka menekan negara2 yg ikut2an. Perlu dipikirkan, pernahkah china mempermasalahkan HAM di Indonesia?
China bisa jadi mitra strategis karena kita punya issue kedaulatan yg sama (OPM,RMS dsb) sepanjang kita saling menghormati, mungkin analoginya yg tepat lepas mulut macan lalu ciuman dengan buaya...hehehe
namun hati2 buaya tetap buaya, niat ciuman eh malah dimakan (baca: barang-barang china)

Anonim mengatakan...

^^
jangan lupa juga, sebelum insiden dgn malaysia masalah penangkapan KKP,
China sudah dgn sombongnya berani menodongkan senjata dan memaksa agar nelayan mereka yg melanggar batas di natuna di lepaskan oleh TNI AL
bahkan mereka pun berani menembakan amunisinya
dan media dilarang mempublikasikan insiden ini
ini terjadi bulan juni 2010....

nev mengatakan...


jangan lupa juga, sebelum insiden dgn malaysia masalah penangkapan KKP,
China sudah dgn sombongnya berani menodongkan senjata dan memaksa agar nelayan mereka yg melanggar batas di natuna di lepaskan oleh TNI AL
bahkan mereka pun berani menembakan amunisinya
dan media dilarang mempublikasikan insiden ini
ini terjadi bulan juni 2010....

Emang btul apa?
AnJrit China, Klo kesini g beri loo...
tapi bukannya media harusnya tidak dibatasi???

Unknown mengatakan...

potensi perubahan perilaku china selepas 2020 pasti ada bang, tapi terkait dengan statement jangan sampai lepas dari mulut macan (washington) masuk mulut buaya (china) apakah masih relevan pendekatan bebas aktif malu2 kita selama ini? IMHO bang, untuk menghindari jadi pelanduk yang mati di tengah pertarungan dua gajah apa tidak sebaiknya kita menjadi teman dekat dari salah satu either si macan atau si buaya?