All hands,
Ambisi dan mimpi sebagian pihak di Indonesia agar negeri ini mandiri dalam memproduksi kapal perang masih akan lama terwujud. Hal ini kalau yang dimaksud kapal perang adalah kapal kombatan jenis korvet, fregat dan yang lebih besar lagi yang dilengkapi dengan sistem senjata yang modern dan memadai. Sebaliknya, bukan kapal perang yang hanya dilengkapi dengan meriam 12.7 mm atau 40 mm serta minus radar pengamatan sewaco dan mesin turbin standar militer.
Mengapa masih perlu waktu yang lama untuk terwujud? Subsistem sewaco, radar pengamatan dan mesin turbin masih harus dipasok dari luar negeri. Untuk mudahnya lihat saja rencana pembangunan fregat di galangan perkapalan nasional di Surabaya yang dikenal sebagai Proyek PKR. Dari enam modul fregat kelas Sigma itu, minimal dua modul mau tak mau dan suka tidak suka harus dibangun di Belanda.
Dua modul itu meliputi modul No.3 dan 5, yaitu combat information center dan mesin pendorong. Belum lagi terhitung senjatanya yang juga masih harus tetap dipasok dari produsen di benua Eropa. Situasi ini hendaknya mampu mengubah pendapat sebagian kalangan di Indonesia agar lebih realistis dalam membangun kemandirian industri pertahanan nasional. Pesan dari kasus ini singkat dan sederhana, yaitu tidak ada kemandirian absolut dalam era globalisasi saat ini dan ke depan.
Kasus ini juga menjadi pelajaran betapa Indonesia tidak mempunyai basis industri pertahanan yang kuat. Industri pertahanan Indonesia selama ini baru mampu menghasilkan platform, tetapi belum mampu memproduksi otak dan otot dari sistem senjata tersebut. Otak yang dimaksud adalah CMS, sedangkan ototnya berupa sistem pendorong maupun senjata. Dengan demikian, minimal dibutuhkan waktu 25 tahun untuk membangun suatu basis industri pertahanan yang kokoh dan komprehensif.
1 komentar:
Memang, merubah suatu impian menjadi suatu kenyataan adalah bukan semudah kita membalikkan sebuah telapak tangan.
Begitupun halnya dlm kemandirian ABRI membangun industri persenjataannya. Kemandirian Industri pertahanan suatu negara tentu dimulai dari suatu kebranian niat/tekad dan kemampuan skill/SDM serta kemampuan finansial dlm memulai & mewujudkan impian sebelumnya. Tapi mungkin jg suatu negara bisa membangun industri pertahanannya karena ditekan oleh sikon karena serba kekurangan pasokan sumber persenjataan dari negara peng-import, atau kita kenal dng "embargo senjata". Contoh kasus seperti negara Iran, Korut dan Indonesia. Hal yg dialami negara2 tesebut diatas tentu pengalaman akan menjadi cemeti bg sebuah tekad unt ber-mandiri dlm memenuhi kebutuhan persenjataan unt membela dan menangkal musuh yg ingin mengusik keamanan dan ketentraman Negara.
Hanya kemauan & tekad yg keras serta didukung kemampuan SDM yg brilian, maka secara bertahap kemandirian tersebut akan terwujud perlahan tapi pasti menjadi negara yg disegani dan diperhitungkan dlm percaturan dunia.
Posting Komentar