11 April 2009

Reformulasi Diplomasi Angkatan Laut

All hands,
Memperhatikan praktek tiga peran Angkatan Laut di dalam AL negeri ini, dapat disimpulkan bahwa peran diplomasi merupakan peran yang paling sedikit porsinya, dibandingkan peran konstabulari dan militer. Diplomasi Angkatan Laut yang melibatkan kapal perang, tidak terlalu sering dilaksanakan. Pada sisi lain, kondisi lingkungan keamanan menunjukkan terjadinya kecenderungan diplomasi Angkatan Laut yang dilakukan oleh negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik.
Untuk mereformulasi diplomasi Angkatan Laut dengan menonjolkan kehadiran kapal perang, perlu dimulai dari peningkatan anggaran untuk kegiatan tersebut. Dalam penyusunan anggaran tahunan AL, hal itu dapat diusulkan kepada pemerintah. Agar gagasan demikian disetujui, dibutuhkan argumen yang kuat agar pihak-pihak penentu anggaran dapat menerima alasan yang kita berikan.
Oleh karena itu, perlu difokuskan terlebih dahulu pada wilayah mana saja dari saat ini hingga paling tidak tiga tahun ke depan AL kita akan diproyeksikan untuk melaksanakan peran diplomasi. Menurut hemat saya, ada dua kawasan fokus yang tersedia yang sesuai dengan kepentingan nasioal Indonesia.
Pertama, Lebanon. Kedua, kawasan Asia Tenggara, dengan fokus ke Malaysia dan Singapura. Ketiga, Australia.
Mengapa Lebanon? Karena AL kita telah mempunyai footprint di sana dengan keikutsertaan dalam UNIFIL. Partisipasi itu hendaknya dilanjutkan dan tidak terputus. Sebab selain mempunyai nilai politis, footprint di Lebanon merupakan wadah ujung meningkatkan interoperability AL kita dengan Angkatan Laut negara-negara maju, khususnya Uni Eropa.
Mengapa Malaysia dan Singapura? Sebab Indonesia mempunyai potensi konflik dengan kedua negara, sehingga pameran bendera merupakan hal yang penting. Tujuan pameran bendera itu salah satunya agar mereka mengurangi tindakan kurang ajarnya kepada Indonesia.
Mengapai Australia? Jawabannya serupa dengan Malaysia dan Singapura. Negeri para keturunan penjahat itu menganggap wilayah Indonesia Timur adalah wilayahnya. Hal ini yang harus dinetralisasi melalui pameran bendera AL kita. Tujuannya agar mereka berpikir ulang soal kawasan Indonesia Timur.
Untuk melaksanakan diplomasi Angkatan Laut, diperlukan dukungan anggaran yang memadai. Di situlah pentingnya lobi dengan pihak-pihak yang memiliki kewenangan menyangkut anggaran.
Pada sisi lain, jangan dilupakan pula tentang tools diplomasi. Tools-nya adalah alutsista AL, khususnya kapal perang. Artinya program dalam Renstra 2005-2009 yang akan segera berakhir harus segera direalisasikan oleh pemerintah, termasuk di dalamnya kapal atas air. Diplomasi Angkatan Laut hanya akan mengenai sasaran apabila didukung oleh alutsista yang memadai.

3 komentar:

ZackAyub mengatakan...

Pada pandangan saya.. Pennyataan saudara meletak Hanya Malaysia, Singapura dan Australia sebagai ancaman adalah kurang tepat dan cerdas. Ianya lebih kepada persepsi yang narrow dan mereng kepada pendapat berbaur peribadi yang kurang membaca dan melihat ancaman dari negeri yang lebih maju..Ini mungkin disebabkan kerna kurang membaca dari banyak sumber, iri hati dengan bangsa lain yg maju, tidak mahu akui kelemahan sendiri yang bilang tidak suka korup tadi masih mangamalkannya kerna sudah terbiasa (menjadi budaya)..
Saudara.
Saya sebenarnya sekarang sedang belajar di Indonesia terpanggil menulis ini kerna sebelum ini tidak berani kerna kurang tau masalah dalam Indonesia.. Dalam rata-rata paper strategis yg saya baca samada dari Luar atau dalam tidak pernah melabelkan mana2 negara sebagai penjahat kecuali negara AS dan sekarang adalah saudara sendiri.
Justeru nasihat saya,Lihat masalah sekarang.. Puncanya apa? Dan lihat dari sejarah kenapa bisa terjadi dan buatlah rumusan berdasarkan banyak sumber.. terutama How people look at us? and dont simply came out with something to put in this website.. U should a shame of urself.. i think u are one of think tank in here and pls use it wisely..read more..English, hebrew or Java before came with conclusion..
Salam

ZackAyub mengatakan...

Dear Bapak
Pada pandangan saya, blog ini amat baik sekali terutama siswa manca negara yang sedang belajar strategi.. Saya suka membaca beberapa artikel yang dilemparkan beberapa masalah. Mungkin bapak sendiri adalah ahli dari AL yang spesialis dalam ASW..(maybe)
Anyway,saya tidak setuju dengan meletakkan Malaysia, Singapura dan Australia sahaja sebagai ancaman kepada NKRI dalam mencari reformulasi Diplomasi. Ini adalah pandangan yang dangkal dan kurang cerdas dari seorang yg punya banyak ilmu dan ahli di blog. Sayugia di blog umum akan menciptakan dampak yang tidak pernah meredam.. Seharusnya untuk peran diplomasi dilihat lebih luas dalam proyeksi kekuatan. Proyeksi kekuatan tidak hanya kepada besar dan kuatnya AL tetapi juga kredibiltasnya juga, seperti kejayaan TNI AL di luar negeri kerna pada saat ini hanya ada sebuah kapal di Lebanon yg tidak jelas perannya.Mungkin saya salah dlm hal ini namun banyak sekali sejarah ttg isu HAM melibatkan TNI dalam hal conflict control dan sehingga kasus tsunami di Acheh, dimana TNI bukanlah satuan pertama memberi bantuan..
SO pls bapak yth..
Mohon baca dalam byk bahasa dan jgn hanya baca dari terjemahan ke bahasa Indo yang tidak semua translationsnya carried what truly original author want..Open ur eyes.. Kenapa nga letak Thailand dengan masalah selatannya sebagai ancaman, Korsel vs Korut sebagai immenent danger dan Kehadiran india yang cuba berlaku baik dgn Indonesia.. dan sbg nya.. Lihat internal sendiri dimana korup telah jadi budaya.. Kredibiltas tidak ada yang peduli kecuali kelompok elit dan sbgnya..
Pls open up..Pls dun point 1 finger but others 4 point back at u..
Salam

Allhands mengatakan...

Terima kasih atas komentar anda. Sebagian dari komentar anda betul bahwa Indonesia masih punya beberapa masalah internal, semisal korupsi. Namun dibandingkan 10 tahun lalu, masalah tersebut penanganannya sudah mengalami kemajuan meskipun belum memuaskan.
Masalah internal Indonesia bukan menjadi alasan untuk kami menjadi bangsa yang tidak mempunyai aspirasi regional. Boleh saja anda tidak senang dengan assessment saya terhadap Malaysia, Singapura dan Australia. Pola pandang kami tentu berbeda dengan pola pandang anda. Pola pandang kami antara lain dibentuk oleh perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Sebagai orang luar, anda belum paham soal itu.
Saya tidak picik memandang perkembangan internasional, termasuk di kawasan. Saya juga tidak iri hati dengan negara-negara lain. Namun saya sangat tersinggung dengan perlakuan negara lain terhadap negara Indonesia, terhadap bangsa Indonesia. Tindakan itu melecehkan martabat kami.
Saya memandangnya dari perspektif kepentingan nasional kami, Indonesia. Sebagai bangsa, kami butuh survive, kami butuh keutuhan wilayah, kami butuh ruang untuk hidup. Kami juga punya martabat yang harus kami bela.
Anda harus ingat, apapun kewarganegaraan anda, there is no permanent friends, there is permanent interests. Saya berbicara dari perspektif kepentingan Indonesia yang mungkin bagi anda subyektif. Tapi tidak bagi kami. Kami bangsa Indonesia, lepas dari segala kekurangan kami, masih punya pride, masih punya harga diri, masih punya martabat!!!