12 Juli 2010

Menimbang Helikopter Buatan Cina

All hands,
Negeri Kamerad Mao terus berupaya memperluas pasar produk militernya ke Indonesia. Salah satunya dengan mempromosikan helikopter buatan dalam negeri namun sebenarnya hasil fotokopi helikopter produksi Eropa. Keunggulan produk militer Cina, khususnya helikopter, terletak pada harga. Tetapi apakah harga tersebut berbanding lurus dengan kualitas, hal itu masih menjadi pertanyaan besar.
Pengguna asing helikopter militer keluaran Cina belum banyak dan rata-rata adalah negara-negara Afrika. Tentu dapat ditebak bagaimana atau sampai di tingkat apa kebutuhan negara-negara Afrika akan helikopter sehingga rela menggelontorkan dana buat membeli produk dari Negeri Kamerad Mao. Harus diakui secara jujur bahwa keandalan helikopter asal Cina belum teruji, baik dari aspek operasional, pemeliharaan maupun logistik.
Dua unsur yang terakhir disebut perlu digarisbawahi apabila mempertimbangkan helikopter keluaran Negeri Tembok Bambu itu. Unsur pemeliharaan dan logistik akan lancar bukan saja kalau negara pembeli mempunyai uang untuk membeli suku cadang, namun juga oleh tersedianya kantor perwakilan kawasan dari pabrikan. Sebagai contoh, di Asia Tenggara Eurocopter mempunyai kantor perwakilan di Indonesia dan Singapura guna mendukung konsumen di wilayah ini. Lalu bagaimana dengan Negeri Tembok Bambu?
Dalam pengadaan pesawat udara, hendaknya masalah jumlah populasi pesawat sejenis di kawasan harus dipertimbangkan pula. Dengan jumlah populasi yang banyak, dipastikan pabrikan akan membuka kantor perwakilan di suatu kawasan. Dengan mengoperasikan helikopter jenis yang sama dengan beberapa negara lain, terbuka pula peluang tukar menukar informasi dan pengalaman mengenai pengoperasian helikopter tersebut.
Sepanjang pemahaman penulis, dukungan purna jual Cina belum mampu menyaingi produsen tradisional helikopter seperti Eurocopter atau AgustaWestland. Hal-hal seperti ini yang terlihat sepele perlu dipertimbangkan pula dengan matang, bukan sekedar berkutat pada harga helikopter yang lebih murah dibandingkan produsen asal Eropa.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Membaca tulisan julak All tentang Heli produksi Panda menurut hemat saya lebih baik pemerintah memihak dan membeli produk nasional PT. DI meski itu lisensi dari NBELL atau EUROCOPTER dgn standardisasi yg diberlakukan tentu lebih bagus produk tersebut dibandng produk Tirai Bambu karena kemampuan prosuk Titai Bambu belum teruji serta perimbanga ketersediaan spare part jika terjadi permasalahan ntah di air frame atau mesin dan lainnya
Dengan membeli Heli yg bisa di Produksi di dalam negeri juga akan menguntungkan dari segi ekonomi dimana skim pembayaran bis amelalui Bank BUMN serta Devisa bisa direm utk tidak keluar
Belajar dari pengadaan Pesawat Sipil yg di order PT. Merpati Nusantara dimana ada crack di bodynya padahal baru terbang beberapa jam terbang tentu pemerintah perlu hati hati bahkan untuk tidak membeli Heli yang akan dipergunakan oleh Angakatan Laut/Darat dan Udara Megara tercinta Indonesia dengan mempertimbakan dari aspek teknis tentunya
Jangan sampai karena mengejar harga murah tapi baru dipakai 50 jam Terbang terus masuk bengkel dan mogok, untuk memperbaikinya malah lebih besar costnya
Pelajaran dari Merpati, Jialing dan prosuk lainnya termasuk untuk Turbin PLN cukup sebagai rujukan

Salam Indonesia

Along