20 September 2010

Pertahanan Udara Pangkalan Angkatan Laut

All hands,
Pangkalan Angkatan Laut berisikan berbagai aset utama Angkatan Laut yang bernilai strategis dan sekaligus nilainya sekitar Rp. 100 trilyun, bahkan sangat mungkin lebih, apabila diterjemahkan dalam denominasi. Khususnya pada pangkalan induk seperti di Surabaya menjadi pusat kekuatan utama Angkatan Laut Indonesia. Oleh sebab itu, pengamanannya jelas merupakan salah satu prioritas utama. Sebab apabila aset tersebut rusak, baik bangunan maupun sistem senjata, menimbulkan kerugian besar terhadap negeri ini.
Satu di antara pekerjaan rumah dalam mengamankan aset tersebut adalah soal pertahanan udara pangkalan. Seiring dengan makin majunya pesawat udara, baik berawak maupun tanpa awak, tantangan terhadap pertahanan udara pangkalan Angkatan Laut semakin kompleks. Guna menghadapi kompleksitas tersebut, dibutuhkan pembaruan sistem pertahanan udara pada pangkalan Angkatan Laut.
Sebagai contoh, perlu dikaji dengan matang apakah Angkatan Laut perlu mempunyai radar pertahanan udara sendiri untuk menjaga perimeter pangkalannya? Begitu pula dengan senjata anti pesawat, perlu dikaji secara seksama penggunaan rudal darat ke permukaan jarak pendek untuk pertahanan pangkalan. Rudal yang dimaksud hendaknya bukan sebatas hanud titik, tetapi mencakup pula hanud area. Artinya, sasaran yang sedang terbang di atas Laut Jawa misalnya, harus dapat dilumpuhkan dengan sistem senjata itu, bukan lagi sasaran yang sudah sampai di atas Pulau Madura atau telah masuk di sekitar APBS.
Harus diakui, selama ini perencanaan pertahanan pangkalan militer di Indonesia belum terpadu. Belum ada link langsung antara Kohanudnas dengan sejumlah pangkalan utama militer, khususnya milik Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Gelar pertahanan udara pangkalan belum mandiri, sebab target sasaran sangat tergantung masukan dari Kohanudnas yang mengoperasikan radar hanud. Lalu bagaimana pangkalan Angkatan Laut di Ujung misalnya, memperoleh informasi soal Lasa X yang melintas dan atau menuju Surabaya sebagai contoh. Padahal informasi itu menjadi bahan awal untuk menyiagakan kekuatan hanud pangkalan, seandainya Lasa X itu memang terbang dan melintas di atas pangkalan. Apalagi bila sasaran yang tidak diketahui identitasnya tersebut melakukan tindakan pengeboman atau bentuk tindakan provokasi lainnya.

Tidak ada komentar: