20 Desember 2008

Anggaran Harus Mengikuti Program

All hands,
Selama ini banyak di antara kita yang selalu mengeluh tentang dukungan anggaran pemerintah untuk membangun AL. Lawan yang harus kita tundukkan adalah anggaran. Soal anggaran, paradigma yang ada di lingkungan kita adalah program mengikuti anggaran. Singkatnya, tunggu dulu pagu anggaran dari pemerintah, baru kemudian kita menyusun program.
Inilah paradigma keliru yang selama ini menyesatkan kita. Kita harus ingat, anggaran itu konsekuensi dari program. Dengan kata lain, anggaran harus mengikuti program. Selama ini kita selalu terpaku paradigma program mengikuti anggaran.
Sebagai contoh, kalau AL kita membutuhkan PKR dalam program pembangunan kekuatan, apakah anggaran dari pemerintah pagunya harus cukup untuk membeli PKR tersebut ataukah berapa pun anggaran yang dikucurkan oleh pemerintah, AL kita harus menyesuaikan dengan itu. Kalau pilihan yang terakhir yang dipilih yaitu harus menyesuaikan dengan kucuran anggaran pemerintah, misalnya pemerintah mengucurkan US$ 100 juta, uang itu tak akan cukup untuk pengadaan PKR, sebab hanya cukup untuk pengadaan FPB.
Perlu diingat bahwa dalam kasus pengadaan alutsista, selama ini AL kita selalu berhasil ”memaksa” pemerintah menyediakan pagu anggaran yang sesuai dengan kapal kebutuhan, bukan kita beli kapal sesuai ketersediaan anggaran pemerintah. Kalau mengikuti ketersediaan anggaran pemerintah, korvet kelas Sigma tak akan pernah masuk dalam susunan tempur AL kita. Kapal selam pun nantinya tak akan pernah masuk dalam susunan tempur kita.
Kemampuan ”memaksa” pemerintah dalam kasus alutsista semestinya bisa dibawa ke bidang-bidang lain, termasuk yang kritis. Misalnya pemeliharaan kapal, bukan saja untuk platform dan sistem pendorong, tetapi juga harus mencakup SEWACO.
Omong-omong soal SEWACO, sebenarnya istilah itu tidak lazim di NATO. SEWACO itu hanya istilah yang diciptakan oleh Royal Netherland Navy untuk kepentingan internal mereka. Karena akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an kita membeli alutsista dari negeri itu, akhirnya istilah SEWACO kita adopsi sampai saat ini. Menurut literatur Jane’s Naval Weapon System, produk yang termasuk keluarga SEWACO ada tiga, salah satunya adalah Daisy data prosesing system yang terpasang di fregat kelas Van Speijk.
Kalau LIOD dan LIROD yang terpasang di kelas Van Speijk dan Fatahillah tidak tergolong keluarga SEWACO, melainkan berdiri sendiri. Jadi mengacu pada Jane’s Naval Weapon System, SEWACO itu sebenarnya nama produk untuk beberapa sistem manajemen tempur buatan Holland Signaal Apparante (HSA) yang kini bersalin nama menjadi Thales Netherland.
SEWACO sendiri singkatan dari Sensor, Weapon, Control and Command yang di kalangan NATO padanannya adalah Combat Management System (CMS). Kalau kita di AL lebih familiar dengan SEWACO daripada CMS, itu wajar-wajar saja. Saya pun dulu demikian, tak terlalu paham dengan CMS, sebab tahunya SEWACO. Ternyata SEWACO yang dioperasikan itu yah CMS itu sendiri.
Kembali ke soal anggaran, prioritas saat ini sudah saatnya mengucur pada SEWACO. Cuma terkadang soal SEWACO juga serba salah, khususnya pada kapal buatan lama. Suku cadang SEWACO itu sulit dicari, sementara kegiatan produksinya sudah dihentikan. Apabila mau digantikan oleh SEWACO baru, kita kemudian berpikir sampai kapan kapal ini akan dipertahankan di dalam susunan tempur.
Itulah kendala mempertahankan kapal kombatan lama. Pilihan terbaik adalah menghapus, namun karena ini kapal kombatan maka harus ada dulu kapal penggantinya. Berbeda kasusnya dengan kapal AT yang bisa dihapus tanpa menunggu pengganti, sebab ada kapal baru lain yang dapat menggantikan fungsi kapal itu, walaupun tidak sepenuhnya.
Soal anggaran, sebaiknya kita mengubah paradigma menjadi anggaran mengikuti program. Sebab anggaran sejatinya adalah konsekuensi dari program.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Bravo Bro yang sudah mulai menulis perihal kondisi SEWACO atau CMS pada kapal - kapal AL yang kita cintai bersama. Sebenarnya saya dengan teman-teman expertis yang ilmu IT-nya sudah mumpuni sangat tertarik untuk ikut campur dalam rangka up-grade SEWACO atau CMS tersebut. Telah kita usahakan dengan pendekatan dan proposal teknis kepada para pembuat kebijakan bahwa kita sanggup me-upgrade dengan middleware software atau dengan integrated sofware, namun kiranya harus lebih banyak bersabar entah sampai kapan.
Mungkin diperlukan sinergi kekuatan secara komprehensip sehingga hal tersebut secepatnya dapat terealisir sehingga kalau diperlukan program MLM ( Mid Life Modernisation ) untuk SEWACO atau CMS tidak lagi hatus berkiblat kepada pihak luar. Kita mampu bro beri kesempatan dong.
Terimakasih, Bravo Yalesveva Jayamahe.