24 Mei 2009

Peningkatan Kinerja Sistem Senjata Bawah Air

All hands,
Metode apapun yang digunakan sebagai taktik dalam peperangan kapal selam oleh Angkatan Laut di sekitar Indonesia, menunjukkan bahwa peperangan bawah air menuntut perhatian khusus dari kekuatan laut Indonesia. Kondisi perairan Indonesia yang terbuka 360 derajat menjadikan ancaman kapal selam perlu mendapat perhatian khusus. Situasi ini makin relevan ketika kinerja sistem senjata untuk peperangan bawah air Indonesia mengalami penurunan, yang tidak lepas dari dukungan anggaran pemeliharaan yang tidak memadai dari pemerintah.
Memang penurunan kinerja sistem senjata itu tidak sekasat mata alutsista AU misalnya, yang akibatnya bisa dilihat langsung oleh masyarakat. Sebab yang bisa melihat dan merasakannya cuma AL itu sendiri, misalnya dalam latihan-latihan yang digelar. Artinya perlu kerja keras untuk meyakinkan para pengambil keputusan, yaitu pemerintah dan DPR, untuk meyakini dan mengakui bahwa kemampuan peperangan bawah air kekuatan laut Indonesia mendesak untuk mendapat perhatian khusus.
Untuk mengatasi penurunan kinerja sistem senjata peperangan bawah air tidak dapat lagi dilaksanakan dengan cara-cara tradisional seperti perbaikan sistem senjata itu, khususnya perangkat sensor seperti sonar. Menurut hemat penulis, perlu ditempuh cara non tradisional melalui penggantian perangkat sensor baru. Sebab perangkat sensor lama secara usia memang sudah sepantasnya diganti.
Secara ekonomis, biaya penggantian dengan perangkat sensor baru lebih menguntungkan daripada sekedar perbaikan sistem itu. Sebab bila hanya sekedar perbaikan, usia pakainya paling lama 10 tahun ke depan. Padahal dari sisi biaya, selisihnya tidak jauh berbeda antara memperbaiki sistem lama dengan penggantian dengan perangkat sensor generasi terakhir. Hal ini khususnya berlaku pada kapal atas air yang menjadi andalan dalam peperangan bawah air untuk menghadapi ancaman kapal selam.

Tidak ada komentar: