04 Mei 2009

Eksploitasi Posisi Geografis

All hands,Miring
Dalam strategi maritim, sea denial merupakan salah satu komponen penting. Untuk melaksanakan sea denial, di samping membutuhkan kapal perang (termasuk kapal selam) dan pesawat udara, juga diperlukan ranjau dan rudal anti kapal permukaan. Rudal anti kapal permukaan penempatannya bukan saja onboard kapal atas air, tetapi juga di daratan. Khususnya di pantai sekitar perairan yang strategis, misalnya choke points.
Indonesia mempunyai empat choke points. Namun sayang sea denial melalui strategi anti akses nampaknya belum disentuh dengan matang. Misalnya penempatan baterai rudal anti kapal permukaan maupun rudal anti pesawat udara di sekitar choke points. Rudal anti pesawat udara penting untuk melindungi situs rudal anti kapal permukaan. Mengapa hal itu dipandang penting?
Sebab untuk melaksanakan sea denial kurang tepat bila hanya mengandalkan pada sistem senjata yang bermanuver di laut dan udara saja. Sistem senjata yang terpasang di platform di darat juga penting. Sebab hal itu akan menimbulkan dampak penangkalan yang besar di masa damai dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan saat muncul konflik.
Sebagai contoh, apabila Indonesia menempatkan rudal anti kapal permukaan dan rudal anti pesawat udara di Selat Lombok dan Selat Wetar, Australia akan merasa tidak nyaman. Sebab dia tidak dapat seenaknya bernavigasi di perairan tersebut. Australia yang tidak nyaman justru menguntungkan bagi Indonesia.
Diktum mengatakan bahwa geografi adalah tulang punggung strategi. Indonesia harus memegang teguh diktum itu dengan mengeksploitasi posisi geografisnya bila ingin diperhitungkan di kawasan. Termasuk untuk sea denial melalui strategi anti akses. Perencanaan kekuatan ke depan hendaknya sudah melangkah ke situ, bukan sebatas melengkapi unsur kapal perang yang dari segi jumlah memang masih kurang untuk kebutuhan minimum sekalipun.

Tidak ada komentar: