29 Juni 2010

Kebijakan Luar Negeri Tidak Mendukung Strategi Pertahanan

All hands,
Kebijakan luar negeri Indonesia secara nyata tidak mendukung strategi pertahanannya. Penyakit ini sudah bersifat akut, namun tidak pernah ditangani. Mungkin kalau Indonesia sudah kalah dalam konflik, baru masalah ini mendapat perhatian. Mengapa dikatakan kebijakan luar negeri tidak mendukung strategi pertahanan?
Kebijakan luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Sementara strategi pertahanan, bagi kalangan yang paham, tidak berada di ruangan yang vakum. Menurut Geoffrey Till, strategi tidak bekerja dalam ruang yang vakum. Strategi bekerja dalam sebuah ruang yang sifatnya kompleks.
Di kawasan Asia Tenggara, selain ada ASEAN, ada pula FPDA. Dengan kondisi itu, FPDA suatu saat nanti bisa berubah menjadi elemen yang mengancam kepentingan nasional Indonesia. Ketika berubah menjadi ancaman, Indonesia tidak punya pilihan lain kecuali mengeksploitasi strategi pertahanannya. Masalahnya adalah eksploitasi itu tidak dapat dilakukan secara maksimal, sebab kebijakan luar negeri justru membatasi eksploitasi.
Kalau Indonesia terancam, kebijakan luar negeri tetap bersikeras dengan bebas aktif. Artinya Indonesia sendirian menghadapi ancaman yang ada. Sementara strategi pertahanan akan lebih maksimal dieskploitasi apabila Indonesia mempunyai kawan atau sekutu. Karena kebijakan luar negeri tidak membolehkan strategi pertahanan mengeksploitasi dirinya secara bebas, maka tinggal menunggu waktunya Indonesia menjadi pecundang dalam konflik itu. Mungkin setelah menjadi pecundang itu baru kemudian sebagian pihak di Indonesia akan tersadarkan bahwa kebijakan luar negeri yang selama ini dianut bersifat absur, meninabobokan dan tidak mengabdikan pada pengamanan kepentingan nasional.

Tidak ada komentar: