16 Desember 2010

Bersikap Bijak Terhadap Perhitungan Kuantitatif

All hands,
Selama ini sebagian pihak ---baik warga Angkatan Laut maupun non warga Angkatan Laut--- berupaya menempuh pendekatan akademis dalam mengkalkulasi kebutuhan Angkatan Laut negeri ini. Termasuk pula di dalamnya pendekatan kuantitatif yang digunakan pula untuk menghitung efektivitas tempur di lapangan melalui olahyudha alias wargames. Pendekatan demikian sah saja dari sisi akademis, namun ada baiknya bagi kalangan yang menggeluti aspek strategi dan operasional di lapangan, perlu disikapi dengan bijaksana. Singkatnya, pendekatan kuantitatif tersebut apabila hendak diadopsi hendaknya dengan kehati-hatian yang tinggi.
Mengapa demikian? Pertama, sebagai pihak yang menggeluti kebijakan, strategi dan operasi, kita hendaknya tidak melupakan pesan dari Carl Von Clausewitz. Pemikir strategi asal Prusia ini mengingatkan adanya fog of war. Teori fog of war hingga kini masih sangat valid, meskipun sebagian pemikir strategi dari Amerika Serikat berupaya menghilangkannya dengan RMA, khususnya melalui network-centric.
Fog of war dari pendekatan kuantitatif tidak mampu meliputi/mencakup/menghitung kemampuan peperangan elektronika, kesiapan personel Angkatan Laut (dalam arti luas), cuaca dengan segala anomali fisika dan kimianya, begitu pula dengan sifat kimiawi, fisika dan biologi lautan. Itu hanya beberapa fog of war yang terkait dengan operasi di laut, sebab masih banyak lagi fog of war yang lain. Perlu dipahami semua fog of war itu tidak bisa dikuantitatif ke atas kertas karya akademis.
Kedua, peran Angkatan Laut. Angkatan Laut mempunyai tiga peran universal. Berdasarkan pengalaman di tahun 1980-an, perhitungan kuantitatif terhadap pembangunan kekuatan Angkatan Laut dengan memperhitungkan pula aspek ancaman, keluarannya tidak sesuai dengan peran universal Angkatan Laut. Hal itu disebabkan pendekatan itu menghasilkan jenis kapal tertentu yang jumlahnya harus mayoritas di Angkatan Laut, sementara kapal jenis itu jelas tak bisa dijadikan capital ship untuk peran diplomasi.
Ketiga, efek penangkalan. Penangkalan tidak dapat dikuantitatifkan, sebab penangkalan bekerja pada ruang psikologis. Padahal kekuatan Angkatan Laut suatu negara tidak mutlak dihitung pada berapa jumlah kapal yang dimiliki dalam susunan tempur, tetapi pada efek penangkalan yang ditimbulkan dari berbagai kapal perang yang dimiliki.

Tidak ada komentar: