All hands,
Perkembangan lingkungan strategis kawasan Asia Pasifik sangat dinamis. Situasi kawasan ini dua tahun lalu agak berbeda dengan kondisi saat ini. Misalnya soal makin "mengerasnya" sikap konfrontatif antara Cina versus Amerika Serikat dan sekutunya seperti Jepang. Dinamika demikian tentu saja harus dikalkulasi Indonesia sebagai salah satu penghuni kawasan ini.
Dalam kondisi seperti itu, pembangunan kekuatan Angkatan Laut pasti menghadapi tantangan tersendiri. Sebab belum selesai program pembangunan kekuatan yang didasarkan pada dinamika lingkungan strategis dan asumsi tertentu sesuai dengan ruang waktu ketika program itu dirancang, datang pula dinamika lingkungan strategis yang mengalami "penyesuaian". "Penyesuaian" itu berdampak pada opsi dikembangkannya asumsi baru dalam pembangunan kekuatan.
Situasi demikian tentu saja "memusingkan", sebab pembangunan kekuatan Angkatan Laut tidak dapat diwujudkan dalam jangka waktu satu atau dua tahun saja. Minimal diperlukan tempo empat tahun guna mewujudkan apa yang telah ditulis di atas kertas. Menghadapi tantangan seperti ini, perlu dicari pendekatan yang tepat agar dapat mengantisipasi dinamika lingkungan strategis. Pertanyaannya, pendekatan seperti apa yang diperlukan?
Jawaban atas pertanyaan itu sebenarnya sudah sangat familiar di lingkungan kekuatan laut Indonesia, yaitu capability-based planning. Namun, mungkin sebaiknya perlu pemahaman kembali terhadap konsep tersebut agar tidak rancu dengan konsep threat-based planning. Pemahaman inilah yang nampaknya perlu diperkuat agar ke depan program pembangunan kekuatan diharapkan dapat "awet" selama periode tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar