All hands,
Disadari atau tidak, pengambil keputusan di negeri ini yang takut dengan sindrom tembakan pertama. Apa maksudnya? Sindrom tembakan pertama yaitu ketakutan pengambil keputusan politik terhadap konsekuensi dari tembakan yang dilepaskan oleh satuan militer, misalnya kapal perang, terhadap pihak lain yang sangat jelas bertindak hostile. Menurut penganut sindrom ini, tembakan pertama otomatis akan memicu perang atau konflik terbuka antara Indonesia dengan negara lain dan hal itu pasti akan merugikan Indonesia.
Benarkah pandangan demikian? Ada beberapa contoh faktual soal tembakan pertama ini dan konsekuensinya. Misalnya kasus ROKS Cheon An (PCC-722) pada 26 Maret 2010 dan penembakan meriam Korea Utara ke Pulau Yeonpyeong milik Korea Selatan pada 23 November 2010. Begitu pula kasus skirmish antara kapal perang Filipina versus Cina di Laut Cina Selatan soal Kepulauan Spratly. Atau pertempuran laut antara kapal perang Vietnam menghadapi kapal perang Cina dalam kasus serupa di Laut Cina Selatan.
Setelah tembakan pertama, apakah situasi tidak terkendali dan berlanjut pada konflik terbuka antara kedua belah pihak yang berhadapan? Semenanjung Korea memang statusnya langsung naik ke siaga I pasca tenggelamnya ROKS Cheon An, tetapi tidak ada perang terbuka antara kedua negara bersaudara itu. Yang ada cuma gunboat diplomacy yang digelar oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat terhadap Korea Utara. Model serupa terjadi di Laut Cina Selatan, tak ada perang terbuka antara Filipina versus Cina dan Vietnam menghadapi Cina setelah tembakan pertama.
Apa arti dari semua itu? Sindrom tembakan pertama harus ditinggalkan dari benak pengambil keputusan di Indonesia. Tidak perlu ragu-ragu dan takut untuk mengubah aturan pelibatan di Laut Sulawesi guna merespon manuver bersifat hostile yang dilakukan kapal perang Negeri Tukang Klaim. Sehingga tidak boleh terjadi lagi kapal perang Indonesia yang dipotong haluannya oleh kapal perang Negeri Tukang Klaim dibiarkan begitu saja karena ketakutan akan sindrom tembakan pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar