All hands,
Tidak ada alasan bahwa Indonesia tidak berhak menjadi pemimpin de facto ASEAN, sebab hal itu merupakan keharusan sejarah dan geografis. Secara geografis, Indonesia ditakdirkan untuk menjadi pemimpin ASEAN. Untuk mencapai tujuan tersebut, semua pihak terkait di Indonesia hendaknya jangan naif. Antara lain soal kekuatan Angkatan Laut, sebab tak ada kekuatan regional yang berjaya minus Angkatan Laut.
Oleh karena itu, marilah bangsa ini berpikir outward looking. Dahulu Indonesia berjaya di ASEAN, termasuk dalam urusan kekuatan laut. Artinya, sejarah mewajibkan Indonesia ke depan untuk memiliki Angkatan Laut terkuat di kawasan Asia Tenggara bila ingin kembali merebut kepemimpinan ASEAN.
Terkait dengan hal tersebut, belum terlambat bila kebijakan pertahanan negeri ini tidak semata berfokus pada MEF. MEF penting secara internal, tetapi akan lebih lengkap pula kalau pembangunan kekuatan pertahanan hingga 2024 atau 2029 diarahkan pula secara eksternal untuk menjadi kekuatan yang diperhitungkan di Asia Tenggara. Memang hingga tahun itu sulit untuk menandingi secara kualitas kekuatan laut Negeri Penampung Koruptor, tetapi mendekati secara kualitas bukan hal yang tak mungkin. Misalnya dengan memperkuat kemampuan peperangan asimetris (dalam arti luas).
Misalnya, penguatan kembali kemampuan-kemampuan peperangan Angkatan Laut. Hal ini menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi kekuatan laut Indonesia. Dengan menguatkan kembali kemampuan-kemampuan tersebut, diharapkan Angkatan Laut dapat menggelar peperangan asimetris dari aspek kualitas. Sebagai contoh, untuk menghadapi kapal permukaan negara-negara lain pada perairan tertentu tidak harus selalu diperlukan kapal perang kelas korvet atau fregat.
Untuk menjadi Angkatan Laut yang unggul dan diperhitungkan di Asia Tenggara, ada baiknya bila Indonesia mengambil pengalaman pembangunan kekuatan laut negara-negara Uni Eropa. Pengalaman yang seperti apa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar