All hands,
Dalam menjaga dan meningkatkan profesionalisme militer, kekuatan Angkatan Bersenjata Indonesia dihadapkan pada beragam masalah. Satu dari berbagai masalah tersebut adalah ketersediaan fasilitas latihan tempur, khususnya daerah latihan tempur yang cukup luas untuk latihan satuan-satuan tingkat brigade ke atas. Termasuk pula di dalamnya latihan BTK maupun pendaratan pantai oleh BTP Marinir. Keterbatasan lahan yang terjadi selama ini membuat tidak semua materi-materi latihan dapat diujicoba secara leluasa dan mendekati kondisi ril dalam pertempuran.
Bagi Angkatan Laut, kalau hanya untuk latihan tempur melalui manuver di laut dapat dikatakan tidak ada masalah. Sebab di laut tidak ada penduduk seperti halnya di daratan, yang ada hanya aktivitas perkapalan dan atau nelayan. Untuk mengatur hal itu pun mudah seandainya Angkatan Laut hendak menggelar latihan tingkat L-4, misalnya dengan mengumumkan penutupan suatu perairan yang koordinatnya telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu.
Yang menjadi masalah adalah fasilitas latihan Angkatan Laut di daratan, khususnya untuk manuver lapangan pasukan Marinir (termasuk pendaratan amfibi) maupun sasaran BTK dari kapal perang. Seiring dengan makin bertambahnya jumlah penduduk plus kurang ditanganinya suatu fasilitas latihan yang luasnya ribuan hektar dengan baik, sangat sering terjadi penyerobotan lahan fasilitas tersebut oleh pihak-pihak yang tidak berwenang. Kondisi ini kemudian menimbulkan konflik nyata, sebagaimana terjadi di Grati beberapa tahun silam dengan segala konsekuensinya.
Dalam perkembangan terkini, telah tersedia fasilitas latihan gabungan di wilayah Sangatta yang juga bisa dimanfaatkan bagi latihan pendaratan amfibi maupun BTK. Tantangannya adalah bagaimana kebijakan kekuatan militer Indonesia mempertahankan fasilitas latihan tersebut dari "ancaman penyakit klasik" yang ada selama ini. Misalnya, apakah dalam 10 atau 20 tahun ke depan luasan daerah latihan itu masih sama seperti saat ini.
Mengingat luasnya wilayah Indonesia, ada baiknya apabila fasilitas latihan militer tidak hanya terpusat di satu tempat, tetapi harus tersebar di beberapa tempat sekaligus. Sebagai contoh, harus ada fasilitas serupa di kawasan Indonesia Barat dan Indonesia Timur. Dengan demikian, dapat diuji berbagai manuver yang harus dilaksanakan dalam kondisi medan yang berbeda-beda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar