All hands,
Apabila diperhatikan lebih jauh, kapal amfibi buatan Rusia dan negara-negara eks Blok Timur memiliki sistem beladiri yang lengkap dan mematikan, tidak kalah mematikan dibandingkan kapal kombatannya. Lihat saja persenjataan yang melengkapi kapal amfibi Rusia, begitu pula persenjataan asli LST kelas Frosch Jerman Timur sebelum dialihkan kepada Indonesia. Kapal-kapal itu dilengkapi rudal anti kapal permukaan dan udara yang memadai, di samping meriam serbaguna.
Adapun kapal amfibi buatan Amerika Serikat seperti LHD, LSD dan LHA dilengkapi dengan sistem senjata beladiri yang memadai pula, meskipun tak seberat buatan Rusia. Kapal amfibi buatan Uwak Sam biasanya dilengkapi dengan CIWS Phalanx, adapun meriam boleh dikatakan tak dipasang di kapal tersebut. Adapun rudal anti kapal boleh dikatakan tidak melengkapi kapal tersebut. Meskipun demikian, keandalan CIWS Phalanx tak perlu diragukan lagi.
Sistem beladiri kapal amfibi pada dasarnya untuk berjaga-jaga seandainya tabir perlindungan yang diberikan oleh kapal kombatan mampu ditembus oleh sistem senjata lawan. Di samping kapal kombatan, perlindungan terhadap kapal amfibi diberikan pula oleh pesawat udara, khususnya pesawat udara yang berpangkalan di atas kapal perang. Sistem beladiri pada kapal amfibi juga bermanfaat bagi ancaman di kawasan littoral, misalnya rudal anti kapal permukaan yang ditembakkan oleh musuh.
Di Indonesia, sistem beladiri kapal amfibi perlu ditinjau ulang. Sebab sistem senjata yang melengkapi kapal amfibi sudah tidak langi memadai untuk menjawab ancaman teknologi senjata yang berkembang, baik pesawat udara maupun rudal anti kapal. Senapan mesin 12.7 mm maupun meriam 40 mm jelas bukan lawan bagi pesawat udara maupun rudal anti kapal. Selain itu, perlu pula dikembangkan asumsi bahwa perlindungan yang diberikan oleh kapal tabir mampu ditembus oleh lawan, sehingga kapal amfibi perlu diperkuat dengan sistem beladiri yang memadai pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar