28 Februari 2011

Menghadapi Perang Masa Depan

All hands,
Sebagai kekuatan militer paling jumawa dan perkasa di dunia, Angkatan Bersenjata Amerika Serikat selalu dijadikan salah satu acuan dalam pembangunan kekuatan oleh negara-negara lain. Dengan pengalaman operasi, kampanye militer dan perang yang selalu termutakhirkan setiap 10-15 tahun, Washington kaya akan bahan pelajaran soal bagaimana menghadapi semua konflik tersebut dalam situasi kekinian. Berbeda dengan Jakarta di mana masih ada pihak yang menjadikan pengalaman perang gerilya di tahun 1940-an sebagai referensi bagi perang di masa depan. Walaupun kini militer Amerika Serikat tidak terlalu sibuk lagi di Irak dan masih sangat sibuk di Afghanistan, tetapi petinggi Pentagon ---baik militer maupun sipil--- sudah memikirkan tentang bagaimana perang di masa depan.
Singkatnya, para pejabat teras Departemen Pertahanan Amerika Serikat tidak terpaku pada pengalaman perang di Irak dan Afghanistan sebagai referensi tunggal akan konflik di masa mendatang. Pengalaman yang mereka tarik dari perang di kedua negara Muslim itu mereka jadikan sebagai bahan untuk me-reka konflik dan perang seperti apa yang mungkin akan Amerika Serikat hadapi si dekade mendatang. Semua itu bisa terwujud karena mereka mempunyai sistem dokumentasi operasi yang lengkap yang meliputi kejadian dari hari ke hari di medan operasi, selain didukung pula oleh kemauan berpikir out of the box, begitu pula dengan atmosfir politik nasional yang selalu menghendaki kepemimpinan Amerika Serikat di dunia, termasuk dalam bidang pertahanan dan militer.
Kalau mempelajari pengalaman Amerika Serikat dari satu perang ke perang berikutnya, misalnya dari Perang Dunia Kedua ke Perang Korea, kemudian berlanjut ke Perang Vietnam, diteruskan dengan invasi ke Guatemala, berikutnya penyerbuan ke Panama, Perang Teluk 1991, Perang Kosovo, Perang Irak dan Perang Afghanistan, maka akan ditemukan benang merahnya. Benang merahnya yaitu tak ada perang yang sama antara satu perang dengan perang lainnya. Sangat disayangkan di Indonesia masih ada pihak yang terlalu mengagung-agungkan masa lalu, padahal mereka sendiri tidak terlibat secara fisik dan emosional dengan masa lalu tersebut.

Tidak ada komentar: