15 Februari 2011

Peluang Kerjasama Di Laut Cina Selatan

All hands,
Dalam era kepemimpinan Indonesia di ASEAN 2011, Jakarta berupaya mencari cara untuk membangun kerjasama pertahanan antara ASEAN-Cina dalam isu Laut Cina Selatan. Upaya Jakarta itu bertolak dari DOC On The South China Sea yang ditandatangani pada 1992 yang hingga kini masih berlaku tetapi terkesan mandul. Pertanyaannya, adakah peluang kerjasama ASEAN-Cina di Laut Cina Selatan?
Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu dipahami dulu bagaimana posisi Cina dalam isu perairan tersebut? Beijing berpendapat bahwa Laut Cina Selatan merupakan core interest sebagaimana halnya Tibet, Taiwan dan Xinjiang. Artinya, tak ada kompromi bagi Beijing di perairan itu soal kedaulatan. Adapun soal kerjasama, sejak dahulu Beijing tidak menentang selama tak menyangkut isu kedaulatan di sana.
Terkait dengan hal tersebut, upaya Indonesia mencari cara kerjasama pertahanan ASEAN-Cina di perairan tersebut harus dimulai dari isu yang less sensitive. Soal itu, nampaknya kerjasama di bidang SAR yang paling realistis dibandingkan isu safety. Kenapa SAR? Sebab isu SAR mengikat semua negara pantai di dunia, tidak peduli apakah antara pihak yang ditolong dan pihak yang menolong sesungguhnya secara politik bermusuhan.
Kalau mengacu pada isu safety, isu tersebut tidak akan pernah lepas dari survei hidrografi. Sebab keselamatan pelayaran tak bisa hanya dibatasi soal alur yang layak untuk dilayari karena dilengkapi dengan berbagai rambu, tetapi harus pula menyentuh isu survei hidrografi. Karena mustahil untuk menetapkan bahwa suatu segmen perairan layak dan aman bagi kepentingan pelayaran bila tak disurvei secara rutin.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Cina menolak adanya survei hidrografi oleh pihak asing di Laut Cina Selatan sebagaimana terlihat dari kasus USS Impecabble (T-AGOS 23) pada 8 Maret 2009. Hal ini harus dipahami oleh Jakarta, agar inisiatif kerjasama pertahanan ASEAN-Cina di Laut Cina Selatan tidak mendapat resistensi dari Beijing. Jangan sampai Jakarta kehilangan muka di hadapan ibukota ASEAN lainnya gara-gara gagasannya ditolak oleh Beijing.

Tidak ada komentar: