03 September 2008

ALKI dan Strategi Pertahanan Berlapis

All hands,
Strategi pertahanan berlapis perlu kita uji dengan eksistensi ALKI. Indonesia wajib menyediakan ALKI bagi para pengguna militer. ALKI itu secara tidak langsung merupakan kompensasi dari pengakuan hukum internasional terhadap status negara kepulauan. Adanya ALKI berarti mewajibkan Indonesia untuk memberikan akses terhadap lalu lintas kapal perang asing tanpa gangguan dalam normal mode.
Normal mode maksudnya apabila dia kapal selam, maka mode-nya ketika melintas di ALKI adalah menyelam. Kalau kapal atas air yah tetap di atas air. Ha…ha…ha… Yang selalu jadi perdebatan adalah pesawat udara, khususnya yang onboard di kapal induk. Apakah dia harus diam di atas kapal induk ataukah melakukan kegiatan penerbangan?
Menurut salah satu pasal di UNCLOS 1982 (maaf...lupa pasal berapa), ada aturan yang melarang pesawat udara yang berada di kapal induk melakukan kegiatan penerbangan selama melintas di perairan teritorial suatu negara. Cuma yang belum yakin apakah aturan itu cuma untuk rezim lintas damai ataukah mencakup pula rezim lintas alur laut kepulauan dan rezim lintas transit.
Dikaitkan dengan strategi pertahanan berlapis, bagaimana kalau kapal perang yang melintas ALKI tiba-tiba mengganggu negara pantai. Bentuk gangguan itu bisa berupa jamming alias pengacauan gelombang elektromagnetik, melakukan penyerangan terhadap fasilitas telekomunikasi dan lain sebagainya. Intinya adalah mengganggu stabilitas keamanan negara pantai.
Dalam kondisi itu, lalu bagaimana strategi pertahanan berlapis bekerja? Strategi pertahanan berlapis didasarkan pada asumsi bahwa kita harus hadang lawan dari ZEE, baru kemudian ke perairan teritorial dan terakhir di daratan. Dengan lawan masuk menggunakan ALKI dan sebelumnya “sopan” namun tiba-tiba berubah menjadi hostile, bagaimana mungkin strategi pertahanan berlapis dapat berfungsi.
Contoh nyata adalah kasus Bawean tahun 2003. Apa yang bisa kita lakukan bila saat itu USS Carl Vinson Carrier Battle Group serang armada kita di Ujung dan Lanud Iswahyudi di Madiun. Apakah strategis pertahanan berlapis akan berfungsi di situ?

Tidak ada komentar: