All hands,
Kalau kita berdiskusi soal pengadaan kapal selam, harus kita mulai dari aspek politik. Karena itu yang tentukan bisa nggak kita dapat kapal selam yang kita inginkan. Soal teknis itu urusan belakang. Itu gampang.
Soal pengadaan kapal selam, memang sudah ada rencana sejak 2000-an. Awalnya kita ingin beli kelas Chang Bogo asal negeri Ginseng. Terus karena ada perubahan kebijakan di AL, rencana dialihkan ke kelas Kilo. Kemudian berubah lagi, kembali ke Chang Bogo.
Peralihan ke Chang Bogo dilakukan ketika Indonesia sudah tekan Mou kredit US$ 1 milyar dengan negerinya kamerad Putin. Di sinilah timbul tarik menarik kepentingan. Tarik menarik kepentingan itu terjadi di luar domain AL, di domain pengambilan keputusan strategis negeri ini.
Mengapa tarik menarik? Itu ceritanya panjang dan rumit, karena selain melibatkan pihak luar negeri, juga kepentingan golongan-golongan di republik ini. Kita sama-sama tahu, sekarang menjelang 2009. Ha..ha..ha..
Kalau kapal selam kelas Kilo yang jadi dibeli, uwak Sam merasa nggak nyaman. Selain nggak nyaman secara politik dan strategis, juga nggak nyaman secara teknologi. Sebab kehadiran kapal selam Kilo akan memperkuat konstelasi teknologi kamerad Putin dalam persaingan kapal selam di Asia Pasifik, karena pengguna teknologi Rusia di kawasan selama ini baru terbatas pada India dan Cina.
Sebagai informasi, konstelasi teknologi kapal selam di Asia Pasifik adalah (i) teknologi Amerika Serikat, (ii) teknologi Jerman, (iii) teknologi Prancis, dan (iv) teknologi Rusia. Meskipun di kawasan ini juga terdapat kapal selam buatan Swedia, akan tetapi teknologinya dipasok oleh Jerman. Perlu diketahui, galangan kapal selam Kockums AB, Swedia itu mayoritas sahamnya dikuasai oleh Ferrostaal AG-Howaldtswerke Deutsche Werft Gmbh (HDW).
Persaingan teknologi terlihat dalam rencana pengadaan kapal selam AL kita. Jerman yang merasa terancam pasarnya oleh negeri kamerad Putin aktif mendekati Indonesia untuk menawarkan kapal selam kelas U-209 versi terakhir. Bisa dilihat dari gencarnya lobi konsorsium Ferrostaal AG-HDW Gmbh selama 2005-2006. Bahkan konon kabarnya, konsorsium Ferrostaal-HDW menawarkan produk termutakhirnya kepada Indonesia yaitu kelas U-214 yang berteknologi AIP (Air-Independent Propulsion).
Sedangkan kalau kita beli kapal selam kelas Chang Bogo, uwak Sam tenang. Karena negeri Ginseng aliansi dia. Asal tahu saja, U.S. Navy merasa terancam dengan makin banyaknya proliferasi kapal selam konvensional.
Untuk itu, dia sewa kapal selam Swedia kelas Vastergotland sampai 2009. Kapal selam itu disewa wet lease, artinya lengkap sama kru. Selama disewa, kapal selam Swedia adakan latihan peperangan kapal selam dengan armada U.S. Navy. Seperti kita ketahui, uwak Sam sejak 1960-an nggak pernah bikin lagi kapal selam konvensional. Akibatnya dia kekurangan pengetahuan soal gimana hadapi kapal selam konvensional, karena selama ini musuh dia cuma kapal selam nuklir kamerad Putin.
Yang diceritakan di atas semuanya dari aspek politik, yang memang rumit. Soal aspek strategis, taktis, teknis, ceritanya sudah pasti lain lagi.
Kalau kita berdiskusi soal pengadaan kapal selam, harus kita mulai dari aspek politik. Karena itu yang tentukan bisa nggak kita dapat kapal selam yang kita inginkan. Soal teknis itu urusan belakang. Itu gampang.
Soal pengadaan kapal selam, memang sudah ada rencana sejak 2000-an. Awalnya kita ingin beli kelas Chang Bogo asal negeri Ginseng. Terus karena ada perubahan kebijakan di AL, rencana dialihkan ke kelas Kilo. Kemudian berubah lagi, kembali ke Chang Bogo.
Peralihan ke Chang Bogo dilakukan ketika Indonesia sudah tekan Mou kredit US$ 1 milyar dengan negerinya kamerad Putin. Di sinilah timbul tarik menarik kepentingan. Tarik menarik kepentingan itu terjadi di luar domain AL, di domain pengambilan keputusan strategis negeri ini.
Mengapa tarik menarik? Itu ceritanya panjang dan rumit, karena selain melibatkan pihak luar negeri, juga kepentingan golongan-golongan di republik ini. Kita sama-sama tahu, sekarang menjelang 2009. Ha..ha..ha..
Kalau kapal selam kelas Kilo yang jadi dibeli, uwak Sam merasa nggak nyaman. Selain nggak nyaman secara politik dan strategis, juga nggak nyaman secara teknologi. Sebab kehadiran kapal selam Kilo akan memperkuat konstelasi teknologi kamerad Putin dalam persaingan kapal selam di Asia Pasifik, karena pengguna teknologi Rusia di kawasan selama ini baru terbatas pada India dan Cina.
Sebagai informasi, konstelasi teknologi kapal selam di Asia Pasifik adalah (i) teknologi Amerika Serikat, (ii) teknologi Jerman, (iii) teknologi Prancis, dan (iv) teknologi Rusia. Meskipun di kawasan ini juga terdapat kapal selam buatan Swedia, akan tetapi teknologinya dipasok oleh Jerman. Perlu diketahui, galangan kapal selam Kockums AB, Swedia itu mayoritas sahamnya dikuasai oleh Ferrostaal AG-Howaldtswerke Deutsche Werft Gmbh (HDW).
Persaingan teknologi terlihat dalam rencana pengadaan kapal selam AL kita. Jerman yang merasa terancam pasarnya oleh negeri kamerad Putin aktif mendekati Indonesia untuk menawarkan kapal selam kelas U-209 versi terakhir. Bisa dilihat dari gencarnya lobi konsorsium Ferrostaal AG-HDW Gmbh selama 2005-2006. Bahkan konon kabarnya, konsorsium Ferrostaal-HDW menawarkan produk termutakhirnya kepada Indonesia yaitu kelas U-214 yang berteknologi AIP (Air-Independent Propulsion).
Sedangkan kalau kita beli kapal selam kelas Chang Bogo, uwak Sam tenang. Karena negeri Ginseng aliansi dia. Asal tahu saja, U.S. Navy merasa terancam dengan makin banyaknya proliferasi kapal selam konvensional.
Untuk itu, dia sewa kapal selam Swedia kelas Vastergotland sampai 2009. Kapal selam itu disewa wet lease, artinya lengkap sama kru. Selama disewa, kapal selam Swedia adakan latihan peperangan kapal selam dengan armada U.S. Navy. Seperti kita ketahui, uwak Sam sejak 1960-an nggak pernah bikin lagi kapal selam konvensional. Akibatnya dia kekurangan pengetahuan soal gimana hadapi kapal selam konvensional, karena selama ini musuh dia cuma kapal selam nuklir kamerad Putin.
Yang diceritakan di atas semuanya dari aspek politik, yang memang rumit. Soal aspek strategis, taktis, teknis, ceritanya sudah pasti lain lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar