All hands,
Sudah jadi kepastian kalau kita diskusi soal postur, pasti dihadapkan pada anggaran. Kita seringkali dihadapkan pada keinginan yang “muluk” soal postur, tapi kemudian terbentur anggaran. Lebih tepatnya fiskal kalau kita jadikan Fundamental Force Planning-nya Lloyd sebagai patokan.
Fundamental Force Planning memang salah satu buku yang fenomenal di lingkungan AL dunia yang berkiblat ke Amerika Serikat. Cuma kalau di negeri ini yang pakai cuma AL kita. Para selebritas pertahanan nggak pakai itu. Ha..ha..ha. Baguslah… Itu bagus buat pelihara ”kebodohan” mereka.
Memang, antara postur vs fiskal harus dikompromikan. Sebab sumber daya memang terbatas, bahkan untuk negeri sekelas uwak Sam sekalipun. Nah...dalam konteks Indonesia ada beberapa hal yang harus kita betulkan soal postur vs fiskal.
Pertama, kita harus ada perencanaan bangkuat minimal 10 tahun ke depan. Selama puluhan tahun kita nggak punya itu. Akibatnya bangkuat kita nggak jelas, tergantung ”wish”. Nggak aneh bila tiba-tiba kita mau beli kapal kelas x, padahal sebelumnya nggak direncanakan.
Syukurlah kalau sekarang Departemen Pertahanan sudah mulai tata perencanaan dengan bikin postur pertahanan dan kini harus diikuti pula oleh TNI. Kalau kita nggak punya perencanaan jangka menengah, gimana siapkan fiskalnya?
Kedua, paradigma fiskal. Selama puluhan tahun pula kita terjebak pada paradigma program mengikuti anggaran/fiskal. Padahal di negara-negara lain paradigma itu sudah ditinggalkan. Mereka pakai paradigma anggaran/fiskal mengikuti program.
Bentuknya bagaimana? Sama halnya dengan kita, negara-negara itu sebenarnya nggak kelebihan fiskal kok. Malah sama saja dengan kondisi kita. Maksudnya, anggaran pertahanan mereka juga terbatas kok.
Pinjam istilah di salah satu koran kita, kantong mereka juga ada dasarnya. Beda sama Roman Abramovich yang kantongnya tanpa dasar. Ha..ha..ha..
Walaupun anggarannya terbatas, mereka bisa kok bangun AL. Kenapa begitu? Yah karena mereka pakai paradigma anggaran/fiskal mengikuti program. Bentuk rilnya adalah anggaran mereka bisa pakai tahun jamak alias multi-year.
Jadi anggaran pengadaan senjata tidak dianggarkan pada satu tahun anggaran saja, tapi beberapa tahun anggaran. Dengan begitu, dalam tiap tahun fiskal masih banyak tersedia anggaran buat kepentingan lain yang juga penting. Kunci utama untuk bisa laksanakan paradigma ini yah cuma satu, ada perencanaan bangkuat. Dengan adanya perencanaan, fiskalnya kan bisa diatur jauh-jauh hari.
Sudah jadi kepastian kalau kita diskusi soal postur, pasti dihadapkan pada anggaran. Kita seringkali dihadapkan pada keinginan yang “muluk” soal postur, tapi kemudian terbentur anggaran. Lebih tepatnya fiskal kalau kita jadikan Fundamental Force Planning-nya Lloyd sebagai patokan.
Fundamental Force Planning memang salah satu buku yang fenomenal di lingkungan AL dunia yang berkiblat ke Amerika Serikat. Cuma kalau di negeri ini yang pakai cuma AL kita. Para selebritas pertahanan nggak pakai itu. Ha..ha..ha. Baguslah… Itu bagus buat pelihara ”kebodohan” mereka.
Memang, antara postur vs fiskal harus dikompromikan. Sebab sumber daya memang terbatas, bahkan untuk negeri sekelas uwak Sam sekalipun. Nah...dalam konteks Indonesia ada beberapa hal yang harus kita betulkan soal postur vs fiskal.
Pertama, kita harus ada perencanaan bangkuat minimal 10 tahun ke depan. Selama puluhan tahun kita nggak punya itu. Akibatnya bangkuat kita nggak jelas, tergantung ”wish”. Nggak aneh bila tiba-tiba kita mau beli kapal kelas x, padahal sebelumnya nggak direncanakan.
Syukurlah kalau sekarang Departemen Pertahanan sudah mulai tata perencanaan dengan bikin postur pertahanan dan kini harus diikuti pula oleh TNI. Kalau kita nggak punya perencanaan jangka menengah, gimana siapkan fiskalnya?
Kedua, paradigma fiskal. Selama puluhan tahun pula kita terjebak pada paradigma program mengikuti anggaran/fiskal. Padahal di negara-negara lain paradigma itu sudah ditinggalkan. Mereka pakai paradigma anggaran/fiskal mengikuti program.
Bentuknya bagaimana? Sama halnya dengan kita, negara-negara itu sebenarnya nggak kelebihan fiskal kok. Malah sama saja dengan kondisi kita. Maksudnya, anggaran pertahanan mereka juga terbatas kok.
Pinjam istilah di salah satu koran kita, kantong mereka juga ada dasarnya. Beda sama Roman Abramovich yang kantongnya tanpa dasar. Ha..ha..ha..
Walaupun anggarannya terbatas, mereka bisa kok bangun AL. Kenapa begitu? Yah karena mereka pakai paradigma anggaran/fiskal mengikuti program. Bentuk rilnya adalah anggaran mereka bisa pakai tahun jamak alias multi-year.
Jadi anggaran pengadaan senjata tidak dianggarkan pada satu tahun anggaran saja, tapi beberapa tahun anggaran. Dengan begitu, dalam tiap tahun fiskal masih banyak tersedia anggaran buat kepentingan lain yang juga penting. Kunci utama untuk bisa laksanakan paradigma ini yah cuma satu, ada perencanaan bangkuat. Dengan adanya perencanaan, fiskalnya kan bisa diatur jauh-jauh hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar