All hands,
Kunjungan Panglima U.S. 7th Flt ke Jakarta 12-14 Mei 2008 lalu menunjukkan sinyal bahwa mereka butuh kita. Bukan kita saja yang butuh mereka. Tapi kenapa yah, di tingkat pengambil keputusan politik negeri ini masih terlalu sangat berhati-hati sama Amerika Serikat? Pengalaman pahit di masa lalu memang harus dijadikan pelajaran, tapi jangan bikin kita jadi paranoid. Apa-apa yang berbau Amerika Serikat kita tolak, bahkan dari awal kita sudah apriori duluan!!!
Contoh yang nyata adalah kegiatan latihan seperti CARAT dan SEACAT. Kok gimana bisa yah seolah-olah CARAT dan SEACAT itu identik dengan PSI? Apakah keterampilan kayak VBSS maupun latihan formasi kapal perang kegunaannya cuma buat PSI? Kalau rekan-rekan Kopaska atau Denjaka mau lumpuhkan perompak misalnya, apa tak perlu keterampilan VBSS?
Kalau kondisinya begini terus, saya khawatir kerjasama Navy to Navy dengan Amerika Serikat kegiatannya itu-itu aja. Nggak jauh-jauh dari CARAT, SEACAT, WPNS. Plus IMSS yang merupakan program dalam tahun tertentu. Padahal masih banyak lahan yang bisa digarap untuk keuntungan Indonesia jika kita mau keluar dari ”kurungan” itu.
Kalau kita mau bijak, mestinya para pengambil keputusan politik hitung dulu untung rugi kerjasama militer dengan Washington, sebelum bersikap paranoid. Jangan sampai sikap paranoid para pengambil keputusan politik berimplikasi timbulnya kerugian pada aspek profesionalisme AL kita. Kesan yang ada saat ini begitu.
Kalau Washington nggak butuh kita, ngapain dia kirim kapal perang 7th Flt beserta Panglimanya ke sini? Frekuensi kunjungan pejabat militer Amerika Serikat, khususnya dari AL, cukup tinggi dalam tiga tahun terakhir. Artinya mereka ingin menjalin kerjasama lebih erat dengan kita, khususnya dalam domain keamanan maritim. Itu pesannya.
Hal itu seharusnya dilihat sebagai peluang bagi Indonesia. Namun sangat disayangkan, dalam realitanya para pengambil keputusan politik kita sebagian masih paranoid dengan Washington. Nggak aneh bila Pejambon protes ketika kita gelar latihan kayak Iron Flash, CARAT, SEACAT. Latihan kok nggak boleh yah hanya gara-gara para pemrotes tak suka PSI???!!!
Pertanyaannya kini, apa keuntungan yang dapat kita ambil dari kunjungan Panglima U.S. 7th Flt kemarin? Jangan sampai kita tak bisa ambil keuntungan sedikit pun gara-gara paranoia pengambil keputusan politik. Sudah anggaran dipotong, paranoid pula sama Washington….!!! Terus gimana dan kapan kita bisa profesional?
Kunjungan Panglima U.S. 7th Flt ke Jakarta 12-14 Mei 2008 lalu menunjukkan sinyal bahwa mereka butuh kita. Bukan kita saja yang butuh mereka. Tapi kenapa yah, di tingkat pengambil keputusan politik negeri ini masih terlalu sangat berhati-hati sama Amerika Serikat? Pengalaman pahit di masa lalu memang harus dijadikan pelajaran, tapi jangan bikin kita jadi paranoid. Apa-apa yang berbau Amerika Serikat kita tolak, bahkan dari awal kita sudah apriori duluan!!!
Contoh yang nyata adalah kegiatan latihan seperti CARAT dan SEACAT. Kok gimana bisa yah seolah-olah CARAT dan SEACAT itu identik dengan PSI? Apakah keterampilan kayak VBSS maupun latihan formasi kapal perang kegunaannya cuma buat PSI? Kalau rekan-rekan Kopaska atau Denjaka mau lumpuhkan perompak misalnya, apa tak perlu keterampilan VBSS?
Kalau kondisinya begini terus, saya khawatir kerjasama Navy to Navy dengan Amerika Serikat kegiatannya itu-itu aja. Nggak jauh-jauh dari CARAT, SEACAT, WPNS. Plus IMSS yang merupakan program dalam tahun tertentu. Padahal masih banyak lahan yang bisa digarap untuk keuntungan Indonesia jika kita mau keluar dari ”kurungan” itu.
Kalau kita mau bijak, mestinya para pengambil keputusan politik hitung dulu untung rugi kerjasama militer dengan Washington, sebelum bersikap paranoid. Jangan sampai sikap paranoid para pengambil keputusan politik berimplikasi timbulnya kerugian pada aspek profesionalisme AL kita. Kesan yang ada saat ini begitu.
Kalau Washington nggak butuh kita, ngapain dia kirim kapal perang 7th Flt beserta Panglimanya ke sini? Frekuensi kunjungan pejabat militer Amerika Serikat, khususnya dari AL, cukup tinggi dalam tiga tahun terakhir. Artinya mereka ingin menjalin kerjasama lebih erat dengan kita, khususnya dalam domain keamanan maritim. Itu pesannya.
Hal itu seharusnya dilihat sebagai peluang bagi Indonesia. Namun sangat disayangkan, dalam realitanya para pengambil keputusan politik kita sebagian masih paranoid dengan Washington. Nggak aneh bila Pejambon protes ketika kita gelar latihan kayak Iron Flash, CARAT, SEACAT. Latihan kok nggak boleh yah hanya gara-gara para pemrotes tak suka PSI???!!!
Pertanyaannya kini, apa keuntungan yang dapat kita ambil dari kunjungan Panglima U.S. 7th Flt kemarin? Jangan sampai kita tak bisa ambil keuntungan sedikit pun gara-gara paranoia pengambil keputusan politik. Sudah anggaran dipotong, paranoid pula sama Washington….!!! Terus gimana dan kapan kita bisa profesional?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar