25 Mei 2008

Sketsa Kekuatan Kapal Selam Di Asia Pasifik

All hands,
Quadrennial Defense Review Report 2006 (QDR) yang diterbitkan oleh Pentagon memuat rencana menggeser kekuatan laut Amerika Serikat ke kawasan Asia Pasifik dalam beberapa tahun ke depan guna mendukung pelibatan, kehadiran dan penangkalan. Di antaranya rencana deployment enam kapal induk dan enam puluh persen dari kapal selamnya ke kawasan Asia Pasifik.
Rencana pergeseran itu menandakan bahwa ancaman terhadap kepentingan nasional Amerika Serikat saat ini dan ke depan berada di kawasan Asia Pasifik dibandingkan kawasan Atlantik. Sehingga harus direspon lewat pergeseran sebagian kekuatan laut Amerika Serikat digeser ke kawasan Asia Pasifik, termasuk di dalamnya armada kapal selam.
Pergeseran itu sebenarnya bukan suatu kebetulan, tapi by design. Karena dilaksanakan di tengah gencarnya pembangunan kemampuan peperangan bawah air oleh beberapa AL kawasan. Bahkan menurut hitung-hitungan matematis, dari sekitar 250 kapal selam di kawasan Asia Pasifik, cuma 30 persen di antaranya yang dimiliki oleh sekutu Amerika Serikat.
Di Asia Tenggara, Singapura yang dulu cuma rajin membangun kekuatan unsur kapal atas air, kini juga gemar membangun kekuatan unsur kapal selam dengan membeli empat kapal selam (SSK) kelas Challenger/Sjoormen dari Swedia bekas AL Swedia. Bahkan 2010 nanti dia akan tambah dengan dua kapal selam kelas A-17 Vastergotland (berteknologi AIP), juga eks Swedia. So pasti kita bertanya, memangnya kapal selam negeri kecil yang licik dan rakus itu mau ke mana sih operasinya?
Di Asia Selatan, negeri kari alias India punya empat kapal selam (SSK) kelas U-209/1500 buatan 1984-1992, lima (SS) kelas Foxtrot buatan 1970-an dan sepuluh (SSK) kelas Kilo buatan 1986-2000. New Delhi juga sudah pesan enam kapal selam kelas Scorpene dari Prancis.
Di Asia Timur, Taiwan yang hadapi ancaman militer Cina punya dua kapal selam (SSK) kelas Hai Lung dan dua (SS) kelas Guppy II. Kapal selam kelas Hai Lung buatan Wilton Fijenoord, Belanda yang desain dasarnya adalah kapal selam kelas Zwaardis. Sayang upaya Taipei armada kapal selamnya mengalami hambatan karena tekanan politik Cina terhadap negara-negara Eropa produsen kapal selam agar tidak mengekspor kapal selamnya ke Taiwan. Sementara dua unit kapal selam kelas Guppy II adalah kapal selam eks om Sam yang diluncurkan pada akhir Perang Dunia II, sehingga kemampuan operasionalnya sangat diragukan.
Negerinya Admiral Yamamoto punya armada kapal selam cukup banyak, terdiri dari 16 kapal selam (SSK) kelas Oyashio, kelas Harushio dan kelas Yuushio yang diproduksi selama periode 1980-2006. Tanpa banyak cuap-cuap, kapal selam dia selama ini sudah keliling kawasan Asia Pasifik, termasuk perairan Indonesia. Cuma kita aja yang tak bisa selamanya deteksi kehadiran unsur dia.
Negerinya om Mao punya kapal selam banyak dan macam-macam. Artinya kemampuannya juga macam-macam, dari yang senyap sampai yang super berisik. Dia punya satu kapal selam (SSBN) kelas Xia buatan 1981, satu (SSB) kelas Golf buatan 1966, lima (SSN) kelas Han buatan 1970-1990, tiga (SSG) kelas Song buatan 1994-1999, empat (SSK) kelas Kilo buatan 1980-1998, 19 (SS) Kelas Ming buatan 1971-1999, satu (SSG) kelas Romeo/modifikasi, 31 (SSG) kelas Romeo dan 31 (SSG) kelas Romeo yang dicadangkan.
Untuk tandingi uwak Sam, om Mao lagi kembangkan kapal selam nuklir berpeluru kendali balistik (SSBN) kelas Jhin (Type-094) dan kapal selam nuklir serang (SSN) kelas Shang (Type-093). Khusus kapal selam kelas Jhin, eksistensinya sangat dirahasiakan dan beberapa waktu lalu fotonya tertangkap oleh sebuah satelit komersial Barat. Dia juga baru saja operasikan delapan unit kapal selam diesel elektrik kelas Kilo asal Rusia yang dipersenjatai rudal jelajah supersonik anti kapal atas air SS-N-27 ASCM dari kamerad Putin. Yang bikin heboh, om Mao lagi bikin kapal selam diesel elektrik kelas Song yang mampu meluncurkan rudal jelajah dari bawah air.
Soal kemampuan kapal selam Cina, peristiwa di bulan Oktober 2006 mendapat perhatian khusus dari Amerika Serikat. Saat itu sebuah kapal selam diesel elektrik kelas Song (SSG) muncul ke permukaan tak jauh dari konvoi kapal induk USS Kitty Hawk di perairan dekat Jepang. Peristiwa itu selain disorot dari aspek keselamatan operasi (menghindari tabrakan di laut), juga dipandang sebagai pameran kemampuan peperangan bawah air Cina.
Om Kangguru punya enam unit kapal selam (SSK) kelas Collins buatan 1990-2000 yang diproduksi di galangan Australian Submarines Corp, Adelaide. Kapal ini basis teknologinya dari kapal selam Swedia, dengan dimensi yang diperpanjang. Teknologi kapal selam Swedia sendiri teknologi Jerman. Karena dimensinya diperpanjang, biaya overhaul Collins besar karena penyakitnya macam-macam. Biar begitu, kita jangan pandang enteng Collins.
Terkait soal kapal selam, pada Februari 2007, Australian Strategic Policy Institute (ASPI) Terbitkan laporan khusus berjudul The Enemy Below: Anti-Submarine Warfare In The ADF. Dalam laporan setebal 28 halaman itu, benang merahnya adalah kekhawatiran Australia dengan penyebaran kapal selam di kawasan Asia Pasifik karena akan berdampak terhadap kemampuan peperangan anti kapal selamnya. Untuk mengimbangi penyebaran demikian, laporan itu merekomendasikan sembilan langkah untuk meningkatkan kemampuan peperangan anti kapal selam Australia. Ke depan, Australia telah merencanakan membangun kapal selam baru yang akan menggantikan kelas Collins yang diperkirakan akan mulai berdinas pada 2020.
Om Kangguru sama uwak Sam jalin kerjasama buat mendukung kemampuan peperangan kapal selam Australia. Washington sudah transfer teknologi, berupa peningkatan kemampuan sonar dan sistem kendali penembakan untuk enam kapal selam kelas Collins senilai US$ 335 juta.
Negeri kamerad Putin jangan dilupakan kalau soal kapal selam. AL AS pun masih takut soal kehebatan pepeperangan bawah air AL Rusia. Setelah Uni Soviet ambruk, Rusia kini “hanya” mempunyai 10+ kapal selam rudal balistik (SSBN), lebih dari 20 kapal selam nuklir (SSN) dan 20 kapal selam kelas Kilo (SSK). Walaupun jumlah kapal selam Rusia sudah berkurang dibandingkan dengan era Uni Soviet, namun kekuatan armada kapal selam Rusia tetap tidak dapat dipandang sebelah mata oleh pihak lain. Pangkalannya di Vladivostok dan beroperasi hingga ke pantai timur negeri uwak Sam.
Uwak Sam sendiri punya sekitar 72 kapal selam nuklir, yang di kawasan Asia Pasifik wilayah operasinya difokuskan di Asia Timur dan Samudera India. Selain di Hawaii, pangkalan kapal selam Amerika Serikat lainnya di Samudera Pasifik adalah di wilayah pantai barat Amerika dan di Pulau Guam. Apabila ditelusuri, U.S. Navy sempat mengalami beberapa kali perubahan strategi maritim yang berujung pada prioritas terhadap kapal selam.
Pada awal 1990-an lahir doktrin From The Sea (FTS) beberapa saat setelah Perang Dingin dan kemudian direvisi menjadi Forward…from the Sea (FFTS), yang pemikiran pokoknya adalah power projection, presence and knowledge. Dalam era doktrin FTS dan FFTS, terjadi pergeseran prioritas terhadap armada kapal selam Amerika Serikat yang ditandai dengan penutupan beberapa pangkalan kapal selam dan pengurangan jumlah kapal selam.
Selanjutnya ketika doktrin kekuatan laut Amerika Serikat kembali berubah yang kemudian dikenal sebagai Sea Power 21, eksistensi armada kapal selam kembali mendapat perhatian serius dari para perencana pertahanan. Sea Power 21 menekankan pada tiga kemampuan yaitu Sea Strike, Sea Shield dan Sea Basing. Dengan konsep Sea Power 21, fokus utama operasi adalah littoral warfare, di mana kapal selam mempunyai peran krusial.
Untuk menunjang littoral warfare, sejak beberapa tahun lalu Amerika Serikat melakukan konversi terhadap empat kapal selam nuklir (SSGN) kelas Ohio untuk kepentingan meluncurkan pasukan Navy SEALS. Untuk gelombang pertama, pada tahun 2006 telah diselesaikan konversi dua kapal selam dan telah kembali masuk dinas operasional, sementara dua kapal selam berikutnya selesai tahun 2007. Statusnya sudah operasional juga.
Soal persaingan antara uwak Sam versus kamerad Putin dalam urusan peperangan bawah air bukan saja di masa lalu, namun juga sampai kini. Kekuatan kapal selam kedua negara masih saling intai dan ukur kemampuan di perairan Asia Pasifik, seperti tercermin dalam kasus ditembusnya perimeter pertahanan konvoi USS Abraham Lincoln Carrier Battle Group (CVBG) oleh kapal selam Rusia Kursk (K-141) pada pertengahan 1990-an tanpa mampu dideteksi oleh kapal-kapal tabirnya. Bahkan CVBG’s main body yaitu USS Abraham Lincoln (CVN-72) sempat beberapa kali diputari oleh Kursk, yang kalau dalam keadaan perang kapal induk itu pasti ditorpedo oleh kapal selam Rusia. Sayang beberapa tahun lalu Kursk tenggelam.
Lalu bagaimana dengan kapal selam kita? Mau kemana Indonesia? Tunggu di tulisan berikutnya. Mohon bersabar....

Tidak ada komentar: