All hands,
Krisis Rusia-Georgia yang berlanjut hingga hari ini memperlihatkan bahwa Angkatan Laut punya peran penting. Ketika Rusia menghentikan operasi militernya di Abkhazia dan Ossetia Selatan, Amerika Serikat langsung sebarkan kapal perangnya USS McFaul (DDG-74) beserta dua kapal U.S. Coast Guard ke Laut Hitam yang sebagian merupakan perairan Georgia.
Sebagai balasan, Rusia mengirimkan Gugus Tugas Angkatan Laut ke Venezuela untuk latihan bersama di perairan Amerika Selatan. Jenis kapal perang yang dikirim antara lain kapal penjelajah nuklir RFS Peter The Great dan kapal anti kapal selam RFS Admiral Chabanenko. Bersama-sama dengan kapal perang Venezuela, mereka akan gelar latihan bersama November nanti.
Manuver Washington dan Moskow kirim kapal perang ke dekat wilayah masing-masing lawannya merupakan bagian dari diplomasi Angkatan Laut. Atau bahkan dapat digolongkan sebagai gunboat diplomacy. Penyebaran kapal perang itu mengandung maksud agar pihak lawan tidak macam-macam, singkatnya kehadiran kapal perang itu mengirim pesan jelas dan gamblang kepada pihak lawan.
Eksploitasi kekuatan Angkatan Laut untuk kepentingan diplomasi sebenarnya bukan hal baru. Itu sudah berlangsung ratusan tahun silam. Dan peran itu tidak akan hilang selama di dunia masih ada Angkatan Laut. Bagaimana pun, dengan kemampuannya untuk beroperasi jauh dari negara induknya dalam waktu yang lama, Angkatan Laut senantiasa akan menjadi pilihan utama diplomasi bagi negara-negara yang paham akan karakteristik Angkatan Laut.
Diplomasi tidak cukup dengan kata-kata santun para diplomat didikan Departemen Luar Negeri. Diplomasi harus didukung oleh kekuatan militer, khususnya Angkatan Laut. Angkatan Laut merupakan salah satu instrumen diplomasi. Masalahnya adalah Departemen Luar Negeri Indonesia dihuni oleh para pecinta perdamaian dunia (walaupun untuk perdamaian itu harus dibayar mahal dengan diinjak-injaknya martabat bangsa Indonesia), sehingga tidak mau akui AL kita sebagai instrumen diplomasi.
Krisis Rusia-Georgia yang berlanjut hingga hari ini memperlihatkan bahwa Angkatan Laut punya peran penting. Ketika Rusia menghentikan operasi militernya di Abkhazia dan Ossetia Selatan, Amerika Serikat langsung sebarkan kapal perangnya USS McFaul (DDG-74) beserta dua kapal U.S. Coast Guard ke Laut Hitam yang sebagian merupakan perairan Georgia.
Sebagai balasan, Rusia mengirimkan Gugus Tugas Angkatan Laut ke Venezuela untuk latihan bersama di perairan Amerika Selatan. Jenis kapal perang yang dikirim antara lain kapal penjelajah nuklir RFS Peter The Great dan kapal anti kapal selam RFS Admiral Chabanenko. Bersama-sama dengan kapal perang Venezuela, mereka akan gelar latihan bersama November nanti.
Manuver Washington dan Moskow kirim kapal perang ke dekat wilayah masing-masing lawannya merupakan bagian dari diplomasi Angkatan Laut. Atau bahkan dapat digolongkan sebagai gunboat diplomacy. Penyebaran kapal perang itu mengandung maksud agar pihak lawan tidak macam-macam, singkatnya kehadiran kapal perang itu mengirim pesan jelas dan gamblang kepada pihak lawan.
Eksploitasi kekuatan Angkatan Laut untuk kepentingan diplomasi sebenarnya bukan hal baru. Itu sudah berlangsung ratusan tahun silam. Dan peran itu tidak akan hilang selama di dunia masih ada Angkatan Laut. Bagaimana pun, dengan kemampuannya untuk beroperasi jauh dari negara induknya dalam waktu yang lama, Angkatan Laut senantiasa akan menjadi pilihan utama diplomasi bagi negara-negara yang paham akan karakteristik Angkatan Laut.
Diplomasi tidak cukup dengan kata-kata santun para diplomat didikan Departemen Luar Negeri. Diplomasi harus didukung oleh kekuatan militer, khususnya Angkatan Laut. Angkatan Laut merupakan salah satu instrumen diplomasi. Masalahnya adalah Departemen Luar Negeri Indonesia dihuni oleh para pecinta perdamaian dunia (walaupun untuk perdamaian itu harus dibayar mahal dengan diinjak-injaknya martabat bangsa Indonesia), sehingga tidak mau akui AL kita sebagai instrumen diplomasi.
2 komentar:
keknya ada yang sentimen ama deplu niy
bukan sentimen lah bung.. pendapat ini bukan hal baru kok. lihat sejarah dari jaman dulu juga sudah ada.
lagian dimana2 juga yg terjadi itu istilah sundanya mah "Mun teu bisa ku otak, ku otot"
kalo dah gk bisa pake otak baik2, ya emang harus pake otot.
otot yg bisa ditunjukin tanpa langsung memukul ya angkatan laut atau udara. kalo angkatan darat itu sih ototnya cuma bisa buat mukul..
Posting Komentar