All hands,
Salah satu penyebab konflik masa kini dan masa depan adalah perebutan energi, khususnya minyak dan gas bumi. Energi adalah penggerak roda ekonomi, politik dan sekaligus militer setiap negara. Tanpa itu, suatu negara bisa kalang kabut dan kepentingan nasionalnya terancam. Sebagai contoh, dihentikannya pasokan BBM dari Pertamina kepada TNI beberapa waktu lalu selama beberapa hari nyaris melumpuhkan operasional TNI.
Karena vital dan strategisnya energi, sebagian besar negara kini mempersiapkan kekuatan militernya, termasuk kekuatan laut, untuk mengamankan pasokan energi itu. Energi adalah bagian dari geopolitik kontemporer. Perang Rusia-Georgia awal Agustus 2008 juga tak lepas dari faktor energi. Keengganan Eropa mengisolasi Rusia, menjatuhkan sanksi dan mengeluarkan negera itu dari G-8 juga karena energi, sebab Rusia memasok 30 persen kebutuhan energi Eropa.
Pembangunan Angkatan Laut negara-negara di dunia sebagian juga karena untuk amankan pasokan energi. Mereka sangat hirau dengan keamanan jalur pasokan energi yang dikenal sebagai SLOC atau garis perhubungan laut. Misi Angkatan Laut adalah bagaimana mengamankan SLOC itu dari segala macam ancaman.
Angkatan Laut India memasukkan pengamanan energi sebagai salah satu isu dalam strategi maritimnya. Jepang juga begitu, yang mana Pasukan Beladiri Maritim Jepang harus mampu amankan jalur 1.000 mil laut dari negerinya. Itu pula alasan Perdana Menteri Junichiro Koizumi langgar Pasal 9 Konstitusi Jepang dan kirim armadanya ikut operasi Amerika Serikat di Afghanistan dan Irak.
Australia juga tengah membangun kekuatan laut yang mampu amankan SLOC dia. Singapura juga begitu, negeri kecil yang rakus dan licik itu merasa perlu punya fregat. Cina yang lalu mengejar status blue water navy juga begitu. Kata kuncinya adalah bangun Angkatan Laut untuk amankan SLOC yang menjadi perlintasan energi.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? SLOC yang kita harus amankan itu ada dua, satu di dalam negeri (domestic life line) dan satunya lagi di luar negeri. Kalau memang kita belum mampu untuk proyeksi kekuatan untuk amankan SLOC di luar negeri, minimal kita harus mampu amankan SLOC domestik. Apakah pengamanan SLOC domestik sudah menjadi agenda kita di alam nyata?
Salah satu penyebab konflik masa kini dan masa depan adalah perebutan energi, khususnya minyak dan gas bumi. Energi adalah penggerak roda ekonomi, politik dan sekaligus militer setiap negara. Tanpa itu, suatu negara bisa kalang kabut dan kepentingan nasionalnya terancam. Sebagai contoh, dihentikannya pasokan BBM dari Pertamina kepada TNI beberapa waktu lalu selama beberapa hari nyaris melumpuhkan operasional TNI.
Karena vital dan strategisnya energi, sebagian besar negara kini mempersiapkan kekuatan militernya, termasuk kekuatan laut, untuk mengamankan pasokan energi itu. Energi adalah bagian dari geopolitik kontemporer. Perang Rusia-Georgia awal Agustus 2008 juga tak lepas dari faktor energi. Keengganan Eropa mengisolasi Rusia, menjatuhkan sanksi dan mengeluarkan negera itu dari G-8 juga karena energi, sebab Rusia memasok 30 persen kebutuhan energi Eropa.
Pembangunan Angkatan Laut negara-negara di dunia sebagian juga karena untuk amankan pasokan energi. Mereka sangat hirau dengan keamanan jalur pasokan energi yang dikenal sebagai SLOC atau garis perhubungan laut. Misi Angkatan Laut adalah bagaimana mengamankan SLOC itu dari segala macam ancaman.
Angkatan Laut India memasukkan pengamanan energi sebagai salah satu isu dalam strategi maritimnya. Jepang juga begitu, yang mana Pasukan Beladiri Maritim Jepang harus mampu amankan jalur 1.000 mil laut dari negerinya. Itu pula alasan Perdana Menteri Junichiro Koizumi langgar Pasal 9 Konstitusi Jepang dan kirim armadanya ikut operasi Amerika Serikat di Afghanistan dan Irak.
Australia juga tengah membangun kekuatan laut yang mampu amankan SLOC dia. Singapura juga begitu, negeri kecil yang rakus dan licik itu merasa perlu punya fregat. Cina yang lalu mengejar status blue water navy juga begitu. Kata kuncinya adalah bangun Angkatan Laut untuk amankan SLOC yang menjadi perlintasan energi.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? SLOC yang kita harus amankan itu ada dua, satu di dalam negeri (domestic life line) dan satunya lagi di luar negeri. Kalau memang kita belum mampu untuk proyeksi kekuatan untuk amankan SLOC di luar negeri, minimal kita harus mampu amankan SLOC domestik. Apakah pengamanan SLOC domestik sudah menjadi agenda kita di alam nyata?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar