All hands,
Dukungan logsitik merupakan hal yang mutlak bagi keberhasilan operasi Angkatan Laut. Tanpa dukungan logistik, operasi Angkatan Laut tidak akan mencapai tujuan yang ditetapkan. Oleh karena itu, logistik selain sebagai sumber kekuatan, juga bersifat vulnerable. Apalagi bila sumber logistik berada di negeri-negeri di seberang lautan sana.
Di AL kita, sebagian besar kapal perang kita berasal dari Eropa, khususnya unsur kapal kombatan. Sebagian besar kapal kombatan kita usianya sudah di atas 30 tahun, bahkan ada yang di atas 40 tahun. Untuk memperpanjang masa hidup kapal-kapal itu, salah satu yang ditempuh adalah melalui perpanjangan usia pakai. Di ataranya adalah repowering, yang mana mesin aslinya diganti dengan mesin lain.
Sebagian besar kapal kombatan kita sudah menjalani repowering. Dalam repowering itu, mesin yang dulunya mesin uap diganti dengan mesin diesel, dengan alasan lebih hemat bahan bakar. Mesin yang dipakai pun pada dasarnya merupakan mesin komersial, bukan spesifikasi militer seperti aslinya.
Kalau kita perhatikan merek-merek mesin yang menggerakkan kapal kombatan kita saat ini, mereknya ada beberapa seperti MTU (beberapa seri yang berbeda), CAT, MWM DEUTZ. Bahkan nggak jarang dalam satu kelas kapal, mesinnya terdiri dari tiga merek yang berbeda. Perbedaan itu berimplikasi pula pada BHP dan TBO yang berbeda-beda pula.
Keanekaragaman merek itu nggak lepas dari siapa yang melaksanakan repowering itu. Beda rekanan yah beda mesin. Hal itu terpaksa dilakukan karena pemerintah nggak mampu biayai repowering sekaligus, melainkan bertahap.
Berangkat dari situ, hal itu hendaknya menjadi pelajaran buat kita di masa depan. Karena dengan berbinekanya merek mesin, maka biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan mesin berbeda-beda. Membiayai Angkatan Laut memang tidak murah, tapi bagaimanapun kita harus mencari cost effectiveness. Prinsip cost effectiveness ini yang belum sepenuhnya dipahami oleh kita dalam menggerakkan organisasi.
Dukungan logsitik merupakan hal yang mutlak bagi keberhasilan operasi Angkatan Laut. Tanpa dukungan logistik, operasi Angkatan Laut tidak akan mencapai tujuan yang ditetapkan. Oleh karena itu, logistik selain sebagai sumber kekuatan, juga bersifat vulnerable. Apalagi bila sumber logistik berada di negeri-negeri di seberang lautan sana.
Di AL kita, sebagian besar kapal perang kita berasal dari Eropa, khususnya unsur kapal kombatan. Sebagian besar kapal kombatan kita usianya sudah di atas 30 tahun, bahkan ada yang di atas 40 tahun. Untuk memperpanjang masa hidup kapal-kapal itu, salah satu yang ditempuh adalah melalui perpanjangan usia pakai. Di ataranya adalah repowering, yang mana mesin aslinya diganti dengan mesin lain.
Sebagian besar kapal kombatan kita sudah menjalani repowering. Dalam repowering itu, mesin yang dulunya mesin uap diganti dengan mesin diesel, dengan alasan lebih hemat bahan bakar. Mesin yang dipakai pun pada dasarnya merupakan mesin komersial, bukan spesifikasi militer seperti aslinya.
Kalau kita perhatikan merek-merek mesin yang menggerakkan kapal kombatan kita saat ini, mereknya ada beberapa seperti MTU (beberapa seri yang berbeda), CAT, MWM DEUTZ. Bahkan nggak jarang dalam satu kelas kapal, mesinnya terdiri dari tiga merek yang berbeda. Perbedaan itu berimplikasi pula pada BHP dan TBO yang berbeda-beda pula.
Keanekaragaman merek itu nggak lepas dari siapa yang melaksanakan repowering itu. Beda rekanan yah beda mesin. Hal itu terpaksa dilakukan karena pemerintah nggak mampu biayai repowering sekaligus, melainkan bertahap.
Berangkat dari situ, hal itu hendaknya menjadi pelajaran buat kita di masa depan. Karena dengan berbinekanya merek mesin, maka biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan mesin berbeda-beda. Membiayai Angkatan Laut memang tidak murah, tapi bagaimanapun kita harus mencari cost effectiveness. Prinsip cost effectiveness ini yang belum sepenuhnya dipahami oleh kita dalam menggerakkan organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar