All hands,
Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat kesan bahwa Australia mulai gerah terhadap Indonesia. Gerah karena Indonesia di tengah berbagai kesulitan, masih terus membangun kekuatan pertahanannya. Dan sumber senjatanya sebagian berasal dari negara-negara yang kurang disukai oleh Australia, seperti Cina dan Rusia.
Nggak heran kalau pada 5 September 2007 Harian The Sidney Morning Herald mengeluarkan berita soal rencana pengadaan kapal selam Kilo dari Rusia oleh Indonesia. Berita harian itu sebenarnya mengutip pada laporan yang diterbitkan oleh ASPI (Australian Strategic Policy Institute) yang berjudul Special Report Issue 2 - The enemy below: Anti-submarine warfare in the ADF pada 1 Maret 2007.
Ketika Jane’s Industry Quarterly baru-baru ini mengeluarkan laporan tentang anggaran pertahanan negara-negara di dunia, di situ dimuat bahwa Australia adalah negara dengan anggaran pertahanan no.13 di dunia. Anggaran pertahanan Australia menurut Jane’s sebesar US$ 19.74 milyar. Bahkan Menteri Pertahanan Australia Joel Fitzgibbon telah menyewa konsultan untuk menghitung apakah anggaran pertahanan negeri itu dapat tingkatkan sebesar US$ 1 milyar per tahun dalam dekade mendatang.
Tentu menjadi pertanyaan untuk apa anggaran sebesar itu? Untuk menghadapi instabilitas di seluruh dunia, khususnya yang mempunyai pengaruh langsung terhadap Australia. Termasuk pula di Indonesia yang merupakan pintu keluar masuk Australia dari arah utara. Modernisasi kekuatan pertahanan Indonesia dengan sumber alutsista dari negara-negara non Barat bukan skenario optimis yang diinginkan oleh Australia.
Artinya, kita harus bersiap andai suatu saat tiba-tiba kita engage dengan dia. Penyebab engage bisa macam-macam. Dapat saja karena dia merasa tidak bebas melintas di ALKI dan perairan Indonesia lainnya. Merasa tidak bebas karena manuver kapal perang dia dipantau oleh Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat kesan bahwa Australia mulai gerah terhadap Indonesia. Gerah karena Indonesia di tengah berbagai kesulitan, masih terus membangun kekuatan pertahanannya. Dan sumber senjatanya sebagian berasal dari negara-negara yang kurang disukai oleh Australia, seperti Cina dan Rusia.
Nggak heran kalau pada 5 September 2007 Harian The Sidney Morning Herald mengeluarkan berita soal rencana pengadaan kapal selam Kilo dari Rusia oleh Indonesia. Berita harian itu sebenarnya mengutip pada laporan yang diterbitkan oleh ASPI (Australian Strategic Policy Institute) yang berjudul Special Report Issue 2 - The enemy below: Anti-submarine warfare in the ADF pada 1 Maret 2007.
Ketika Jane’s Industry Quarterly baru-baru ini mengeluarkan laporan tentang anggaran pertahanan negara-negara di dunia, di situ dimuat bahwa Australia adalah negara dengan anggaran pertahanan no.13 di dunia. Anggaran pertahanan Australia menurut Jane’s sebesar US$ 19.74 milyar. Bahkan Menteri Pertahanan Australia Joel Fitzgibbon telah menyewa konsultan untuk menghitung apakah anggaran pertahanan negeri itu dapat tingkatkan sebesar US$ 1 milyar per tahun dalam dekade mendatang.
Tentu menjadi pertanyaan untuk apa anggaran sebesar itu? Untuk menghadapi instabilitas di seluruh dunia, khususnya yang mempunyai pengaruh langsung terhadap Australia. Termasuk pula di Indonesia yang merupakan pintu keluar masuk Australia dari arah utara. Modernisasi kekuatan pertahanan Indonesia dengan sumber alutsista dari negara-negara non Barat bukan skenario optimis yang diinginkan oleh Australia.
Artinya, kita harus bersiap andai suatu saat tiba-tiba kita engage dengan dia. Penyebab engage bisa macam-macam. Dapat saja karena dia merasa tidak bebas melintas di ALKI dan perairan Indonesia lainnya. Merasa tidak bebas karena manuver kapal perang dia dipantau oleh Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar