All hands,
Sejak Maret 2010 Semenanjung Korea dilanda ketegangan militer menyusul ditenggelamkannya kapal korvet ROKS Cheon An (PCC-722) oleh kapal selam Korea Utara. Menyusul kemudian penembakan artileri medan Korea Utara terhadap salah satu pulau milik Korea Selatan pada 22 November 2010. Untuk merespon situasi tersebut, selain menyiagakan kekuatan militernya, Seoul juga segera berkonsultasi dengan Washington. Sebagai respon terhadap provokasi Korea Utara, pada 28 November 2010 Angkatan Laut Korea Selatan dan Angkatan Laut Amerika Serikat kembali berlatih di dekat perbatasan Korea Utara, sebuah latihan yang sebelumnya juga digelar pada 25 Juli 2010 guna merespon tenggelamnya ROKS Cheon An.
Respon terhadap krisis dengan menyebarkan kekuatan militer merupakan hal yang lumrah dalam hubungan antar bangsa. Hanya saja dalam konteks Indonesia, penyebaran kekuatan militer belum dilakukan secara optimal. Sebagai contoh, apabila ada krisis di wilayah tertentu di luar Pulau Jawa, kekuatan yang dikirim lebih banyak kekuatan darat. Sementara kekuatan laut tidak diprioritaskan, padahal penyebaran kekuatan laut di sekitar wilayah krisis memiliki sinyal politik yang jauh lebih kuat daripada kekuatan darat.
Misalnya, di Maluku situasi keamanan tegang karena sesuatu dan lain hal. Merespon perkembangan demikian, sudah seharusnya kekuatan Angkatan Laut disebarkan ke perairan di sekitar Maluku. Setidaknya ada dua pesan yang disampaikan dari penyebaran tersebut. Pertama, kepada "aktor yang nakal" di Maluku bahwa pemerintah tidak main-main menghadapi mereka demi mengamankan kepentingan nasional. Kedua, kepada kekuatan asing yang hendak mengambil keuntungan dengan situasi di Maluku, agar tidak bertingkah "macam-macam" di perairan Indonesia khususnya di sekitar ALKI III.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar