12 Januari 2011

Meningkatkan Kerjasama Indonesia-Prancis

All hands,
Kerjasama di bidang pertahanan dan militer antara Indonesia dan Prancis selama ini masih belum optimal. Masih banyak peluang kerjasama kedua negara yang belum digarap secara optimal, walaupun sejak 1970-an Jakarta merupakan salah satu konsumen sistem senjata buatan Paris. Misalnya rudal Exocet, helikopter Collibri dan lain sebagainya. Untuk meningkatkan kerjasama kedua negara, secara rutin petinggi militer Paris yang diwakili oleh Panglima Armada Samudera India melawat ke Jakarta yang biasanya diikuti oleh kapal induk helikopter Jean d' Arc yang kini telah dipensiunkan terhitung 1 September 2010.
Tentu menjadi pertanyaan mengapa kerjasama Indonesia-Prancis di bidang pertahanan dan militer belum optimal. Untuk mencari jawaban atas pertanyaan itu, salah satu perspektif yang ditawarkan adalah sudut pandang geopolitik. Dari perspektif itu, kawasan Asia Tenggara merupakan wilayah pengaruh Amerika Serikat, termasuk soal pasaran senjata. Bukan berarti negara-negara lain tidak boleh memasuki pasar senjata kawasan ini, tetapi porsinya telah dibatasi.
Disadari atau tidak, Washington selama ini berupaya untuk mengekang gerakan penjualan senjata Paris di Asia Tenggara. Hanya sistem senjata tertentu yang bisa masuk di kawasan ini, khususnya yang tidak dibuat oleh Washington. Misalnya kapal selam kelas Scorpene yang dibeli oleh Negeri Tukang Klaim yang bodoh. Sementara untuk rudal anti kapal permukaan pun seperti Exocet dibatasi penjualannya oleh Washington, seperti menggunakan isu ada komponen buatan Amerika Serikat dalam rudal itu. Di balik isu komponen, sebenarnya terselip pula aspirasi membatasi penjualan rudal buatan Prancis dan sebaliknya mendorong negara-negara kawaasan memakai rudal produksi Amerika Serikat seperti Harpoon.
Indonesia berada dalam kondisi seperti itu. Akan tetapi tak berarti tidak ada peluang untuk meningkatkan kerjasama pertahanan dan militer dengan Prancis. Sebagai contoh, Indonesia bisa mempertimbangkan pengadaan kapal fregat kelas FREMM untuk menggantikan fregat kelas Van Speijk untuk 10-15 tahun ke depan. Meskipun fregat kelas Van Speijk baru akan pensiun dalam periode itu, namun hendaknya sejak dini dilirik kapal fregat jenis apa yang cocok menggantikannya. Soal apakah nanti pengadaan fregat kelas FREMM lewat lisensi dan atau offset, itu urusan belakangan.
Jakarta dapat melirik pula kapal amfibi BTP Mistral produksi Prancis. Daya muat kapal itu lebih besar daripada LPD buatan Korea Selatan yang digunakan oleh Indonesia saat ini. Sebagai latar belakang, Prancis sangat terbuka untuk bekerjasama dengan negara lain dalam memasarkan kapal itu, termasuk program lisensi dan atau offset. Keinginan Rusia untuk membeli kapal amfibi BTP Mistral menunjukkan potensi kapal perang itu yang dapat dieksploitasi oleh Indonesia, sebab beberapa negara eks Uni Soviet langsung gentar dengan manuver Moskow tersebut.

Tidak ada komentar: