14 Februari 2011

Kontribusi Angkatan Laut Terhadap Industri Pertahanan

All hands,
Industri pertahanan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari militer, termasuk di dalamnya Angkatan Laut. Hal ini bukan semata karena Angkatan Bersenjata adalah konsumen tunggal dari industri pertahanan tersebut, tetapi juga karena modal awal industri pertahanan tersebut disumbangkan oleh militer. Dalam konteks industri perkapalan, galangan perkapalan utama Indonesia yang berada di Surabaya merupakan sumbangan dari Angkatan Laut negeri ini kepada pemerintah.
Dahulu cikal bakal industri itu adalah galangan fasilitas pemeliharaan kapal perang Angkatan Laut yang dibangun oleh Belanda. Setelah Indonesia merdeka, khususnya pasca pengakuan kedaulatan, galangan tersebut diserahkan kepada Angkatan Laut negeri ini sebagai bagian dari penyerahan Pangkalan Angkatan Laut Ujung. Selanjutnya galangan itu menjadi tulang punggung perbaikan berbagai kapal perang Angkatan Laut dan pada suatu ketika sempat bernama Penataran Angkatan Laut yang disingkat PAL.
Ketika pemerintah berniat mengembangkan industri pertahanan, galangan PAL diserahterimakan dari Angkatan Laut kepada pemerintah. Terhitung sejak itu galangan di ujung Kali Mas tersebut tidak hanya memperbaiki dan memproduksi kapal bagi Angkatan Laut saja, tetapi merambah pula pada pembuatan kapal niaga berbagai jenis dan ukuran. Bahkan pendapatan yang diraih oleh galangan tersebut sebagian besar disumbangkan oleh pesanan kapal niaga, sedangkan kontribusi Divisi Kapal Perang tak terlalu besar karena pesanan yang tidak rutin dan berlanjut sepanjang waktu.
Kini pemerintah berniat meningkatkan kemampuan galangan itu dalam memproduksi kapal perang. Niat tersebut yang beberapa di antaranya telah direalisasikan hendaknya diimbangi oleh galangan tersebut. Sekarang giliran galangan itu harus membalas kontribusi Angkatan Laut di masa lalu berupa pemberian fasilitas produksi beserta sarana pendukungnya.
Bagaimana bentuk balasannya? Kapal perang yang diproduksi di galangan tersebut bagi Angkatan Laut kualitasnya harus sesuai dengan kontrak, waktu pengerjaannya juga harus sesuai kontrak, penyerahan pun harus sesuai kontrak, baik after sales service pun harus sesuai kontrak pula. Harapan ini meleset pada beberapa kapal perang yang pernah diproduksi, akan tetapi diharapkan ke depan tidak meleset lagi.

1 komentar:

Mitra mengatakan...

Mungkin industri pertahanan kita perlu mempelajari spirit industri pertahanan AS. Kita lihat pada saat PD II ibu-ibu di seluruh AS dilibatkan dalam perakitan senjata, pesawat terbang, kapal perang bahkan kapal induk, sementara anak-anak mereka berada di garis depan. Efeknya luar biasa, ibu-ibu ini bekerja dengan gigih karena menyadari ungkapan "Jika kami salah dalam industri ini, maka anak-anak kami akan mengalami kesulitan dengan peralatan ini di garis depan pertempuran". Spirit ini masih terpelihara sampai sekarang pada semua industri pertahan di AS, tentu saja dengan bingkai profesiaonal dimana reward and punishment diterapkan dengan ketat.
Jika ada kesempatan, rasakan spirit ini di WW II's Museum New Orleans.

Salam.