All hands,
Sistem senjata Angkatan Laut di masa depan bagi Indonesia salah satunya akan tergantung pada kondisi geopolitik. Sebab bagaimanapun Indonesia masih akan tergantung pada pasokan asing untuk sistem senjatanya, khususnya pada senjata kinetik yaitu rudal, torpedo dan meriam. Yang perlu menjadi perhatian sejak dini adalah soal rudal, sebab situasi saat ini menggambarkan dengan jelas betapa ada embargo terselubung terhadap Indonesia untuk memperoleh rudal anti kapal maupun rudal jenis lainnya. Kondisi ini ke depan nampaknya tidak akan berubah banyak.
Dikaitkan dengan geopolitik, produsen rudal Angkatan Laut dapat dikelompokkan dalam kubu geopolitik yang berbeda. Selain kubu NATO, ada pula kubu Rusia, tak ketinggalan pula kubu Cina. Masih ditambah pula kubu India, negara yang kini menjadi ajang perebutan pengaruh Amerika Serikat dan Rusia.
Selama puluhan tahun, kubu NATO menjadi andalan sebagai pemasok rudal bagi kekuatan laut Indonesia. Monopoli itu baru terpatahkan beberapa tahun silam ketika Cina dan Rusia dipercaya memasok rudal bagi kebutuhan Angkatan Laut Indonesia. Ke depan, sepertinya Indonesia akan lebih bertumpu pada Beijing dan Moskow dalam hal rudal Angkatan Laut. Mungkin pula India menjadi alternatif lainnya, sebab dalam kunjungannya ke Jakarta Januari 2011 silam Kasal India kembali menawarkan rudal buatan Negeri Sungai Gangga kepada Angkatan Laut Indonesia.
Ke depan, perlu kehatian-hatian dalam menyeimbangkan sumber pasokan rudal bagi Angkatan Laut. Sebab kebangkitan Cina yang secara kasat mata bersifat ekspansif dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap pasokan rudal Beijing kepada Jakarta. Sebab sulit membayangkan Jakarta akan mengorbankan kepentingan nasionalnya demi mendapatkan rudal dari Beijing. Bagaimanapun soal potensi konflik dengan Cina tidak boleh dinolkan.
Dari sana pilihan lainnya adalah Rusia. Moskow ke depan sepertinya akan berbenturan dengan Jakarta, berbeda dengan Beijing dan Jakarta. Kondisi ini diharapkan kondusif bagi Indonesia dalam rangka menjamin keamanan pasokan rudal bagi Indonesia. Hanya saja perlu dicermati masalah karakter berbisnis dengan Rusia yang berbeda dengan karakter berbisnis dengan NATO.
New Delhi patut pula dijadikan alternatif lainnya, dengan catatan perlu diperhatikan seberapa besar kemampuan India untuk tidak tunduk kepada Amerika Serikat. Sebab interaksi New Delhi-Washington semakin meningkat beberapa tahun terakhir, termasuk penjualan sistem senjata Amerika Serikat guna menggantikan sistem senjata buatan Uni Soviet/Rusia. Yang perlu diwaspadai adalah apabila India tunduk kepada Amerika Serikat, sebab situasi itu akan berimplikasi "merepotkan" Indonesia ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar