All hands,
Doktrin militer bukanlah suatu kitab suci yang tidak dapat diubah. Doktrin militer bukan pula sesuatu yang turun dari langit. Sebaliknya, doktrin militer harus senantiasa mengalami penyesuaian atau perubahan seiring berjalannya waktu, sebab perjalanan waktu berarti adanya perubahan terhadap hal-hal yang terkait dengan dunia militer. Singkatnya, kebenaran dalam doktrin militer adalah kebenaran relatif, yaitu kebenaran yang berlaku dalam suatu ruang dan waktu.
Bertolak dari keyakinan demikian, banyak kekuatan Angkatan Bersenjata di dunia senantiasa merevisi doktrin yang mereka anut. Lihat saja doktrin U.S. Navy dari era Perang Dingin hingga pasca 11 September 2011. Perubahan doktrin tersebut salah satunya dikaitkan dengan faktor sejarah, khususnya pengalaman operasi terbaru yang mereka hadapi. Operasi di Afghanistan dan Irak banyak mempengaruhi revisi doktrin militer Amerika Serikat masa kini.
Semua itu terjadi karena salah satu sumber doktrin adalah sejarah militer. Tak heran bila para ahli sejarawan mendapat tempat khusus di lembaga-lembaga militer negara-negara maju, sebab mereka-lah yang mengkompilasi berbagai arsip operasi militer untuk kemudian diolah sedemikian rupa sehingga produk akhirnya adalah doktrin. Lihat saja para pengajar di U.S. Naval War College, sebagian di antaranya adalah para profesor sejarah.
Dalam konteks Indonesia, sayangnya revisi doktrin yang bersumber pada sejarah terbaru masih belum dilakukan. Padahal sejarah operasi militer Indonesia sudah banyak sekali, sehingga sejarah pengalaman operasi militer selama Perang Kemerdekaan 1945-1949 sebagian besar sudah tidak valid lagi. Pasca Operasi Trikora dan Dwikora, kekuatan Angkatan Bersenjata Indonesia memiliki pengalaman Operasi Seroja 1975 dan berbagai operasi lanjutan di Timor Timur hingga 1999, ada pula operasi militer di Aceh dari 1976 hingga 2005, begitu pula operasi militer di Papua. Semua operasi yang digelar tersebut sangat jelas merupakan lumbung sejarah sekaligus sumber bagi revisi doktrin militer Indonesia.
Meskipun operasi-operasi tersebut sebagian besar lebih berat pada operasi di daratan, akan tetapi bukan berarti tak ada ruang bagi Angkatan Laut di sana. Sebab Angkatan Laut memainkan peran pula di sana, walaupun porsinya tidak sebesar kekuatan darat. Dari peran yang dimainkan tersebut, sebenarnya memberikan jendela kesempatan untuk meninjau, mengkaji dan kemudian merevisi doktrin-doktrin yang selama ini dianut. Bahkan operasi di Laut Sulawesi (Ambalat) dapat menjadi sumber lainnya bagi revisi doktrin Angkatan Laut.
Untuk bisa menuju ke arah sana, salah satu hal penting yang harus tersedia adalah tersedianya arsip-arsip operasi tersebut. Arsip-arsip itu akan dikumpulkan dan kemudian dikaji oleh para sejarawan militer (bahkan mungkin sejarawan sipil) untuk kemudian didiskusikan lebih lanjut dengan para perwira yang berlatar belakang satuan operasional. Sebab dari kajian tersebut pasti akan ditemukan banyak lesson learned yang dapat menjadi dasar bagi revisi doktrin Angkatan Laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar