All hands,
Seperti diketahui Australia memiliki doktrin Go North karena kepentingannya dipertaruhkan di kawasan sebelah utara dari Australia. Untuk mengamankan kepentingan itu, Angkatan Laut Australia sebagaimana tercantum dalam Buku Putih Pertahanannya harus mampu melaksanakan proyeksi kekuatan dalam rangka pengendalian laut. Dalam proyeksi kekuatan itu, kekuatan darat Australia didesain untuk menduduki wilayah-wilayah di sekitar choke point strategis.
Guna memproyeksikan kekuatan tersebut, dibutuhkan kemampuan peperangan amfibi yang memadai. Latar belakang itulah yang mendasari pengadaan kapal amfibi LHD kelas Canberra. Kapal itu diproyeksikan baru akan masuk ke jajaran kekuatan laut Australia beberapa tahun ke depan. Ketika kapal amfibi LHD belum masuk jajaran Angkatan Laut Australia, secara tiba-tiba pada Februari silam Departemen Pertahanan Negeri Kangguru mempensiunkan kapal amfibi LPA HMAS Manoora karena "persoalan teknis" yang akut. Pada saat yang bersamaan, HMAS Kanimbla yang satu kelas dengan HMAS Manoora harus menjalani pemeliharaan yang diprediksikan baru akan selesai April 2012.
Membuka kembali lembaran sejarah, kedua LPA merupakan tumpuan utama proyeksi kekuatan Australia ketika menggelar intervensi di Timor Timur pada 1999. Dengan kehilangan HMAS Manoora dan masih "sakitnya" HMAS Kanimbla, maka kemampuan proyeksi amfibi Australia hingga setengah tahun ke depan cukup lemah. Kelemahan itu baru akan tertutupi apabila rencana pengadaan kapal pengganti sementara dari Inggris yaitu kelas Bay terlaksana.
Artinya, hingga pertengahan 2011 Indonesia aman dari ancaman invasi (invasi terbatas) Australia. Negeri penindas kaum Aborigin itu hanya bisa menginvasi Indonesia apabila menumpang pada kemampuan proyeksi kekuatan Amerika Serikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar