All hands,
Salah satu perkembangan lingkungan strategis yang harus kita pertimbangkan dalam menyusun postur AL adalah soal ALKI. Sebab makin kuat tuntutan dari Washington agar Indonesia segera tetapkan ALKI Timur-Barat yang membentang dari Laut Arafuru sampai Laut Jawa. Menghadapi tekanan itu kita berada pada posisi yang dilematis.
Kalau kita tak akomodasi, pada kenyataannya kapal perang dia bebas melintas di alur Timur-Barat tanpa mampu kita awasi. Siapa yang bisa tandingi kekuatan U.S. Navy. Aturan pelibatan dia benarkan penggunaan kekerasan terhadap setiap ancaman yang berada di jalur konvoi dia. Singkatnya…siapa yang macam-macam sama konvoinya akan dikipas!!!
Sementara kalau kita akomodasi, berdampak terhadap pertahanan kita. Selain Indonesia akan “terbagi” jadi delapan kompartemen, dia juga bebas lalu lalang di depan Pulau Jawa. Masalahnya, Pulau Jawa masih jadi center of gravity kita. Lihat saja kebijakan pertahanan kita yang masih konsentrasikan kekuatan utama di pulau ini. (Soal itu, akan diulas nanti ketika bahas soal Latgab TNI 2008).
Dikaitkan dengan postur, isu ALKI akan pengaruhi gelar kekuatan AL kita. Soal kekuatan dan kemampuan tak perlu kita diskusikan, karena kuat dan puan yang harus dimiliki pada dasarnya bersifat umum dan tak terkait langsung dengan keberadaan ALKI.
Gelar kekuatan AL kalau ALKI Timur-Barat ditetapkan harus ditinjau ulang. Selama ini gelar kekuatan, khususnya pangkalan, lebih banyak dipengaruhi oleh isu kamla/keamanan laut alias peran konstabulari. Bukan untuk peran militer. Makanya nggak aneh bila hanya pangkalan tertentu yang bisa dukung operasi kapal perang secara keseluruhan.
Apabila ALKI Timur-Barat jadi ditetapkan, tugas AL makin berat. Kita harus mampu awasi ALKI itu, selain ALKI Utara-Selatan. Itu bukan hal yang mudah, karena keterbatasan unsur selama ini. Keterbatasan unsur ujung-ujungnya yah keterbatasan anggaran. Padahal Pam ALKI bukan satu-satunya operasi yang haru kita laksanakan, masih banyak operasi lain yang juga nggak kalah penting.
Menjadi tantangan bagi kita yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan postur untuk menjawab perkembangan itu.
Salah satu perkembangan lingkungan strategis yang harus kita pertimbangkan dalam menyusun postur AL adalah soal ALKI. Sebab makin kuat tuntutan dari Washington agar Indonesia segera tetapkan ALKI Timur-Barat yang membentang dari Laut Arafuru sampai Laut Jawa. Menghadapi tekanan itu kita berada pada posisi yang dilematis.
Kalau kita tak akomodasi, pada kenyataannya kapal perang dia bebas melintas di alur Timur-Barat tanpa mampu kita awasi. Siapa yang bisa tandingi kekuatan U.S. Navy. Aturan pelibatan dia benarkan penggunaan kekerasan terhadap setiap ancaman yang berada di jalur konvoi dia. Singkatnya…siapa yang macam-macam sama konvoinya akan dikipas!!!
Sementara kalau kita akomodasi, berdampak terhadap pertahanan kita. Selain Indonesia akan “terbagi” jadi delapan kompartemen, dia juga bebas lalu lalang di depan Pulau Jawa. Masalahnya, Pulau Jawa masih jadi center of gravity kita. Lihat saja kebijakan pertahanan kita yang masih konsentrasikan kekuatan utama di pulau ini. (Soal itu, akan diulas nanti ketika bahas soal Latgab TNI 2008).
Dikaitkan dengan postur, isu ALKI akan pengaruhi gelar kekuatan AL kita. Soal kekuatan dan kemampuan tak perlu kita diskusikan, karena kuat dan puan yang harus dimiliki pada dasarnya bersifat umum dan tak terkait langsung dengan keberadaan ALKI.
Gelar kekuatan AL kalau ALKI Timur-Barat ditetapkan harus ditinjau ulang. Selama ini gelar kekuatan, khususnya pangkalan, lebih banyak dipengaruhi oleh isu kamla/keamanan laut alias peran konstabulari. Bukan untuk peran militer. Makanya nggak aneh bila hanya pangkalan tertentu yang bisa dukung operasi kapal perang secara keseluruhan.
Apabila ALKI Timur-Barat jadi ditetapkan, tugas AL makin berat. Kita harus mampu awasi ALKI itu, selain ALKI Utara-Selatan. Itu bukan hal yang mudah, karena keterbatasan unsur selama ini. Keterbatasan unsur ujung-ujungnya yah keterbatasan anggaran. Padahal Pam ALKI bukan satu-satunya operasi yang haru kita laksanakan, masih banyak operasi lain yang juga nggak kalah penting.
Menjadi tantangan bagi kita yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan postur untuk menjawab perkembangan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar