Allhands,
Sejak 26 Mei 2008 rangkaian CARAT telah dimulai di Filipina. Saat ini CARAT telah selesai fase latihan di Thailand. Mengutip penjelasan resmi di situs COMLOG WESTPAC yang berbasis di dermaga Sembawang, Singapura, CARAT is an annual series of bilateral maritime training exercise between the United States and six Southeast Asia nations designed to build relationships and enhance the operational readiness of the participating forces.
Setelah rangkaian CARAT selesai, akan dilanjutkan dengan SEACAT. Karakter CARAT yang sifatnya bilateral kemudian berubah menjadi multilateral ketika menjadi SEACAT. AL kita terlibat dalam latihan itu sejak lama, meskipun sebelum 2005 sempat terputus karena masalah embargo Kongres. Sejak 2005 kita selalu partisipasi dalam CARAT. Namun sejak 2007, kita menamakan fase CARAT di tempat kita sebagai NEA (Naval Engagement Activity).
Ada banyak alasan kenapa begitu. Ada yang bilang keterbatasan anggaran dan unsur, sehingga kita nggak gelar lagi manuver di laut seperti CARAT 2005. Tetapi menurut saya ada faktor lain, yaitu sensitivitas latihan dengan Amerika Serikat. Ini faktor di luar AL, karena di negeri ini ada kantong-kantong anti Amerika Serikat. Anehnya pula, kantong-kantong itu ternyata ada pula di pemerintahan, dalam hal ini Departemen Luar Negeri.
Departemen yang sering diplesetkan jadi Departemen Di Luar Negeri ini (karena agenda yang dibawa ke forum internasional seringkali tidak terkait langsung dengan kebutuhan di dalam negeri) sering protes kalau TNI latihan dengan mitranya di Amerika Serikat. Ini kan aneh!!! Militer latihan kok diprotes!!! Gimana mau profesional militer kita kalau latihan sama negara lain diprotes.
Anehnya, Deplu seringkali pakai standar ganda soal ini. Dengan U.S. PACOM diprotes, tapi kalau kita latihan dengan Singapura, Malaysia dalam skala yang lebih besar dibandingkan dengan Amerika Serikat, Deplu diam aja. Seolah-olah setuju-setuju aja. Kalau latihan militer dengan Amerika Serikat nggak boleh, kenapa Deplu nggak larang saja Dephan dan TNI kirim perwira pendidikan ke negeri uwak Sam. Kan intinya bagi Deplu kerjasama militer dengan Amerika Serikat mudarat alias lebih banyak tidak manfaatnya daripada manfaatnya.
Dalam SEACAT, kita selalu hanya jadi observer. Alasannya sih karena kita nggak mau ada latihan militer asing di ZEE kita di Laut Cina Selatan. Sikap itu betul, tetapi saya yakin ada alasan lain. Yaitu ada pihak-pihak di Indonesia yang nggak suka TNI terlibat latihan multinasional yang bersifat engagement. Sebagai contoh, Cobra Gold 2007 dan 2008 kita hanya terlibat pada fase HADR. Yang engagement kita nggak mau terlibat.
Inilah paradigma lama di negeri ini dalam memahami kerjasama pertahanan dan militer. Kita ikut latihan multinasional tidak berarti kita harus deklarasi bahwa kita jadi aliansi atau kawan salah satu pihak. Itu cuma koalisi taktis tingkat bawah. Tingkat atas ---level politik--- bisa beda. Itu sebenarnya masalah di balik CARAT dan SEACAT.
Mestinya ada arahan kepada TNI agar bermain pada koalisi taktis. Sikap politik nasional boleh beda, tapi harusnya TNI dibolehkan bermain pada tingkat taktis. Itu yang dilakukan oleh Malaysia. Dia menentang Amerika Serikat di tingkat politik atas, tapi di bawah militernya jalin koalisi taktis. Harusnya TNI juga bisa begitu. Masalahnya, apakah pimpinan TNI mengerti dengan permainan seperti ini?
Sejak 26 Mei 2008 rangkaian CARAT telah dimulai di Filipina. Saat ini CARAT telah selesai fase latihan di Thailand. Mengutip penjelasan resmi di situs COMLOG WESTPAC yang berbasis di dermaga Sembawang, Singapura, CARAT is an annual series of bilateral maritime training exercise between the United States and six Southeast Asia nations designed to build relationships and enhance the operational readiness of the participating forces.
Setelah rangkaian CARAT selesai, akan dilanjutkan dengan SEACAT. Karakter CARAT yang sifatnya bilateral kemudian berubah menjadi multilateral ketika menjadi SEACAT. AL kita terlibat dalam latihan itu sejak lama, meskipun sebelum 2005 sempat terputus karena masalah embargo Kongres. Sejak 2005 kita selalu partisipasi dalam CARAT. Namun sejak 2007, kita menamakan fase CARAT di tempat kita sebagai NEA (Naval Engagement Activity).
Ada banyak alasan kenapa begitu. Ada yang bilang keterbatasan anggaran dan unsur, sehingga kita nggak gelar lagi manuver di laut seperti CARAT 2005. Tetapi menurut saya ada faktor lain, yaitu sensitivitas latihan dengan Amerika Serikat. Ini faktor di luar AL, karena di negeri ini ada kantong-kantong anti Amerika Serikat. Anehnya pula, kantong-kantong itu ternyata ada pula di pemerintahan, dalam hal ini Departemen Luar Negeri.
Departemen yang sering diplesetkan jadi Departemen Di Luar Negeri ini (karena agenda yang dibawa ke forum internasional seringkali tidak terkait langsung dengan kebutuhan di dalam negeri) sering protes kalau TNI latihan dengan mitranya di Amerika Serikat. Ini kan aneh!!! Militer latihan kok diprotes!!! Gimana mau profesional militer kita kalau latihan sama negara lain diprotes.
Anehnya, Deplu seringkali pakai standar ganda soal ini. Dengan U.S. PACOM diprotes, tapi kalau kita latihan dengan Singapura, Malaysia dalam skala yang lebih besar dibandingkan dengan Amerika Serikat, Deplu diam aja. Seolah-olah setuju-setuju aja. Kalau latihan militer dengan Amerika Serikat nggak boleh, kenapa Deplu nggak larang saja Dephan dan TNI kirim perwira pendidikan ke negeri uwak Sam. Kan intinya bagi Deplu kerjasama militer dengan Amerika Serikat mudarat alias lebih banyak tidak manfaatnya daripada manfaatnya.
Dalam SEACAT, kita selalu hanya jadi observer. Alasannya sih karena kita nggak mau ada latihan militer asing di ZEE kita di Laut Cina Selatan. Sikap itu betul, tetapi saya yakin ada alasan lain. Yaitu ada pihak-pihak di Indonesia yang nggak suka TNI terlibat latihan multinasional yang bersifat engagement. Sebagai contoh, Cobra Gold 2007 dan 2008 kita hanya terlibat pada fase HADR. Yang engagement kita nggak mau terlibat.
Inilah paradigma lama di negeri ini dalam memahami kerjasama pertahanan dan militer. Kita ikut latihan multinasional tidak berarti kita harus deklarasi bahwa kita jadi aliansi atau kawan salah satu pihak. Itu cuma koalisi taktis tingkat bawah. Tingkat atas ---level politik--- bisa beda. Itu sebenarnya masalah di balik CARAT dan SEACAT.
Mestinya ada arahan kepada TNI agar bermain pada koalisi taktis. Sikap politik nasional boleh beda, tapi harusnya TNI dibolehkan bermain pada tingkat taktis. Itu yang dilakukan oleh Malaysia. Dia menentang Amerika Serikat di tingkat politik atas, tapi di bawah militernya jalin koalisi taktis. Harusnya TNI juga bisa begitu. Masalahnya, apakah pimpinan TNI mengerti dengan permainan seperti ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar