All hands,
Mencermati latgab (joint exercise maupun combined exercise) yang dilaksanakan oleh negara-negara di sekitar Indonesia, salah satu skenario yang sering dirancang adalah pengamanan SLOC. Mereka fokus ke situ karena gangguan terhadap SLOC berdampak terhadap politik, ekonomi dan keamanan mereka. Skenario demikian antara lain selalu dimainkan dalam Talisman Sabre, Combined Exercise dua tahunan Australia-Amerika Serikat.
Berangkat dari situ, sebaiknya setiap Latgab TNI, Latgab tahunan AL-AU dan AJ, ada skenario pengamanan ALKI. Baik itu menghadapi ancaman dan tantangan simetris maupun asimetris. Ancaman dan tantangan simetris terhadap ALKI dapat muncul dari negara-negara pengguna ALKI, misalnya mereka melakukan kegiatan yang tidak seharusnya di ALKI. Dalam kondisi itu, kita harus merespon dengan menggelar kekuatan di ALKI untuk peringatkan mereka.
Skenario terburuknya adalah mereka ignore peringatan kita, sehingga kita harus to engage. Ketika engage, unsur-unsur pertahanan di sekitar ALKI juga harus bersiap. Jadi bukan AL saja. Bukan tidak mungkin kapal perang pengguna ALKI akan serang pula kota di sekitar ALKI.
Skenario lainnya terkait ancaman dan tantangan simetris di ALKI adalah pemutusan garis perhubungan laut lawan. Kapan kita laksanakan pemutusan itu? Menurut saya salah satunya ketika kita konflik dengan negara di sekitar, meskipun probabilitasnya tidak imminent.
Dengan skenario bahwa negara itu selalu menggunakan ALKI dan perairan Indonesia lainnya, maka ketika konflik salah satu aksi di laut adalah putus GPL lawan. Bagaimana kita laksanakan itu di ALKI? Kemampuan itulah yang harus senantiasa kita uji di berbagai latihan, baik latihan matra, antar matra (lat antar matra kan sebenarnya sudah masuk dalam definisi latgab juga) maupun TNI secara gabungan.
Sedangkan ancaman asimetris bisa muncul dari aktor non negara yang gunakan ALKI untuk kepentingan mereka. Misalnya serang kapal perang asing yang lewat ALKI. ALKI kan pada hakekatnya disediakan untuk lalu lintas kapal perang. Kalau sampai aktor non negara lakukan itu, Indonesia dalam hal ini AL harus segera bereaksi dengan rencana kontinjensi. Cuma masalahnya, apakah sekarang kita sudah rencana kontinjensi untuk ALKI???
Reaksi dan respon itu sangat penting, jangan sampai didahului oleh unsur kapal perang asing yang diserang. Kalau unsur itu yang bereaksi langsung, batasan antara bela diri dengan penyerangan sangat mungkin menjadi kabur. Anggaplah aktor non negara itu berbasis di salah satu kota di sekitar ALKI. Hal itu dapat menjadi alasan buat unsur kapal perang mereka untuk serang kota dimaksud, dengan alasan bela diri. Padahal bela diri itu kan harus pertimbangkan pula unsur proporsionalitas.
Apakah masih proporsional menyerang kota di mana aktor non negara berbasis? Itu kan jadi debat kusir pastinya. Tapi itu tugas para diplomatlah untuk debat kusir. Tugas AL adalah to engage. Titik!!!
Menurut hemat saya, skenario pengamanan ALKI harus kita latih terus di berbagai latihan. Karena ALKI sangat penting bagi Indonesia, soal hidup matinya GPL antar wilayah kita. Ingat, adanya ALKI membelah Indonesia jadi empat bagian/kompartemen.
Mencermati latgab (joint exercise maupun combined exercise) yang dilaksanakan oleh negara-negara di sekitar Indonesia, salah satu skenario yang sering dirancang adalah pengamanan SLOC. Mereka fokus ke situ karena gangguan terhadap SLOC berdampak terhadap politik, ekonomi dan keamanan mereka. Skenario demikian antara lain selalu dimainkan dalam Talisman Sabre, Combined Exercise dua tahunan Australia-Amerika Serikat.
Berangkat dari situ, sebaiknya setiap Latgab TNI, Latgab tahunan AL-AU dan AJ, ada skenario pengamanan ALKI. Baik itu menghadapi ancaman dan tantangan simetris maupun asimetris. Ancaman dan tantangan simetris terhadap ALKI dapat muncul dari negara-negara pengguna ALKI, misalnya mereka melakukan kegiatan yang tidak seharusnya di ALKI. Dalam kondisi itu, kita harus merespon dengan menggelar kekuatan di ALKI untuk peringatkan mereka.
Skenario terburuknya adalah mereka ignore peringatan kita, sehingga kita harus to engage. Ketika engage, unsur-unsur pertahanan di sekitar ALKI juga harus bersiap. Jadi bukan AL saja. Bukan tidak mungkin kapal perang pengguna ALKI akan serang pula kota di sekitar ALKI.
Skenario lainnya terkait ancaman dan tantangan simetris di ALKI adalah pemutusan garis perhubungan laut lawan. Kapan kita laksanakan pemutusan itu? Menurut saya salah satunya ketika kita konflik dengan negara di sekitar, meskipun probabilitasnya tidak imminent.
Dengan skenario bahwa negara itu selalu menggunakan ALKI dan perairan Indonesia lainnya, maka ketika konflik salah satu aksi di laut adalah putus GPL lawan. Bagaimana kita laksanakan itu di ALKI? Kemampuan itulah yang harus senantiasa kita uji di berbagai latihan, baik latihan matra, antar matra (lat antar matra kan sebenarnya sudah masuk dalam definisi latgab juga) maupun TNI secara gabungan.
Sedangkan ancaman asimetris bisa muncul dari aktor non negara yang gunakan ALKI untuk kepentingan mereka. Misalnya serang kapal perang asing yang lewat ALKI. ALKI kan pada hakekatnya disediakan untuk lalu lintas kapal perang. Kalau sampai aktor non negara lakukan itu, Indonesia dalam hal ini AL harus segera bereaksi dengan rencana kontinjensi. Cuma masalahnya, apakah sekarang kita sudah rencana kontinjensi untuk ALKI???
Reaksi dan respon itu sangat penting, jangan sampai didahului oleh unsur kapal perang asing yang diserang. Kalau unsur itu yang bereaksi langsung, batasan antara bela diri dengan penyerangan sangat mungkin menjadi kabur. Anggaplah aktor non negara itu berbasis di salah satu kota di sekitar ALKI. Hal itu dapat menjadi alasan buat unsur kapal perang mereka untuk serang kota dimaksud, dengan alasan bela diri. Padahal bela diri itu kan harus pertimbangkan pula unsur proporsionalitas.
Apakah masih proporsional menyerang kota di mana aktor non negara berbasis? Itu kan jadi debat kusir pastinya. Tapi itu tugas para diplomatlah untuk debat kusir. Tugas AL adalah to engage. Titik!!!
Menurut hemat saya, skenario pengamanan ALKI harus kita latih terus di berbagai latihan. Karena ALKI sangat penting bagi Indonesia, soal hidup matinya GPL antar wilayah kita. Ingat, adanya ALKI membelah Indonesia jadi empat bagian/kompartemen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar