All hands,
Opsfib di pantai lawan merupakan satu dari sembilan jenis major naval operations. Tujuan opsfib itu sendiri banyak, bisa berupa menduduki kawasan pantai lawan untuk mendukung operasi darat lanjutan, mendorong kemajuan pasukan kawan di sepantai pantai atau bahkan mempercepat berakhirnya perang itu sendiri. Masih banyak lainnya, seperti mencegah musuh melaksanakan evakuasi lewat laut.
Seiring dengan perkembangan teknologi, opsfib dalam skala besar pada perairan tertutup atau semi tertutup menjadi lebih sulit apabila pihak yang bertahan menggunakan kombinasi ASUW, peperangan kapal selam dan serangan udara terhadap pihak penyerang. Menghadapi kondisi itu, beberapa negara yang dipelopori Amerika Serikat melakukan inovasi baru melalui STOM. Apa itu STOM?
Yaitu ship to objective maneuver. Dalam konsep STOM, tak perlu lagi tumpuan pantai. Pasukan amfibi akan diterjunkan langsung ke sasaran dari kapal amfibi/kapal serang amfibi menggunakan helikopter. Kalau di AL kita dikenal sebagai GKK Lintas Heli. Operasi STOM terjauh yang pernah dilaksanakan adalah saat USMC sebarkan pasukan dari Samudera India ke Kandahar Oktober 2001 saat serang Taliban Afghanistan. Jadi opsfib masa kini tidak lagi memutlakkan penguasaan tumpuan pantai.
Bagaimana kaitannya dengan Latgab TNI 2008? Secara konseptual, konsep STOM sebenarnya sudah diadopsi dalam aplikasi operasi gabungan TNI. Di bujukpur atau sejenisnya, menyangkut opsfib proyeksi kekuatan dari laut ke darat dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu GKK Lintas Permukaan dan GKK Lintas Heli. Pertanyaannya, GKK Lintas Heli diujicobakan nggak di Latgab?
Karena bagaimana pun, kondisi pantai di wilayah Nusantara yang demikian beragam, nggak semuanya sesuai untuk melaksanakan GKK Lintas Permukaan. Sehingga kemampuan untuk melaksanakan GKK Lintas Heli juga perlu untuk diperhatikan.
Kalau sudah menyangkut GKK Lintas Heli, ujung-ujungnya pasti pada ketersediaan heli di Pusnerbal. Ngomong-ngomong soal Pusnerbal, ada kesan bahwa sayap udara kita belum diprioritaskan pengembangannya? Pusnerbal seperti jalan di tempat. Nomad sudah harus diganti, tapi penggantinya belum ada.
Bahkan konon belum diputuskan ganti jenis apa. Padahal kita memposisikan dia sebagai mata dan telinga armada. Mata dan telinga itu sebenarnya baru tingkat awal. Tingkat lanjutnya kan sebagai pemukul. Tapi tak apalah, yang penting kita harus punya komitmen yang sama bangun Naval Air Wing kita.
Lepas dari belum memadainya jumlah heli untuk GKK Lintas Heli, ada baiknya bila GKK Lintas Heli diujicobakan dalam Latgab. Walaupun heli yang bisa dipakai buat GKK cuma 4 atau 5 misalnya, yang penting diujicobakan konsep itu. Kan platform pendukung sudah ada buat heli, itu LPD KRI Makassar-590 dan KRI Surabaya-591.
Memang dalam Latgab kecenderungan kita untuk cari lokasi pantai ideal untuk opsfib, biar bisa GKK Lintas Permukaan. Tapi dalam realita tidak bisa seperti itu. Nggak semua pantai bisa buat GKK Lintas Permukaan. Kalau sudah begitu bagaimana? Pilihan satu-satunya adalah GKK Lintas Heli.
Opsfib di pantai lawan merupakan satu dari sembilan jenis major naval operations. Tujuan opsfib itu sendiri banyak, bisa berupa menduduki kawasan pantai lawan untuk mendukung operasi darat lanjutan, mendorong kemajuan pasukan kawan di sepantai pantai atau bahkan mempercepat berakhirnya perang itu sendiri. Masih banyak lainnya, seperti mencegah musuh melaksanakan evakuasi lewat laut.
Seiring dengan perkembangan teknologi, opsfib dalam skala besar pada perairan tertutup atau semi tertutup menjadi lebih sulit apabila pihak yang bertahan menggunakan kombinasi ASUW, peperangan kapal selam dan serangan udara terhadap pihak penyerang. Menghadapi kondisi itu, beberapa negara yang dipelopori Amerika Serikat melakukan inovasi baru melalui STOM. Apa itu STOM?
Yaitu ship to objective maneuver. Dalam konsep STOM, tak perlu lagi tumpuan pantai. Pasukan amfibi akan diterjunkan langsung ke sasaran dari kapal amfibi/kapal serang amfibi menggunakan helikopter. Kalau di AL kita dikenal sebagai GKK Lintas Heli. Operasi STOM terjauh yang pernah dilaksanakan adalah saat USMC sebarkan pasukan dari Samudera India ke Kandahar Oktober 2001 saat serang Taliban Afghanistan. Jadi opsfib masa kini tidak lagi memutlakkan penguasaan tumpuan pantai.
Bagaimana kaitannya dengan Latgab TNI 2008? Secara konseptual, konsep STOM sebenarnya sudah diadopsi dalam aplikasi operasi gabungan TNI. Di bujukpur atau sejenisnya, menyangkut opsfib proyeksi kekuatan dari laut ke darat dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu GKK Lintas Permukaan dan GKK Lintas Heli. Pertanyaannya, GKK Lintas Heli diujicobakan nggak di Latgab?
Karena bagaimana pun, kondisi pantai di wilayah Nusantara yang demikian beragam, nggak semuanya sesuai untuk melaksanakan GKK Lintas Permukaan. Sehingga kemampuan untuk melaksanakan GKK Lintas Heli juga perlu untuk diperhatikan.
Kalau sudah menyangkut GKK Lintas Heli, ujung-ujungnya pasti pada ketersediaan heli di Pusnerbal. Ngomong-ngomong soal Pusnerbal, ada kesan bahwa sayap udara kita belum diprioritaskan pengembangannya? Pusnerbal seperti jalan di tempat. Nomad sudah harus diganti, tapi penggantinya belum ada.
Bahkan konon belum diputuskan ganti jenis apa. Padahal kita memposisikan dia sebagai mata dan telinga armada. Mata dan telinga itu sebenarnya baru tingkat awal. Tingkat lanjutnya kan sebagai pemukul. Tapi tak apalah, yang penting kita harus punya komitmen yang sama bangun Naval Air Wing kita.
Lepas dari belum memadainya jumlah heli untuk GKK Lintas Heli, ada baiknya bila GKK Lintas Heli diujicobakan dalam Latgab. Walaupun heli yang bisa dipakai buat GKK cuma 4 atau 5 misalnya, yang penting diujicobakan konsep itu. Kan platform pendukung sudah ada buat heli, itu LPD KRI Makassar-590 dan KRI Surabaya-591.
Memang dalam Latgab kecenderungan kita untuk cari lokasi pantai ideal untuk opsfib, biar bisa GKK Lintas Permukaan. Tapi dalam realita tidak bisa seperti itu. Nggak semua pantai bisa buat GKK Lintas Permukaan. Kalau sudah begitu bagaimana? Pilihan satu-satunya adalah GKK Lintas Heli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar