All hands,
Dalam perang masa kini, sejak detik pertama perang dilancarkan maka salah satu sasaran utama yang diincar adalah pusat gravitasi (center of gravity) lawan. Pusat gravitasi lawan bukan sekedar kekuatan militer, tapi sudah mengarah pada kepemimpinan nasional. Teorinya, kemampuan melumpuhkan kepemimpinan nasional lawan akan menimbulkan efek terhadap komando dan kendali (kodal) militer yang bertempur. Jadi di sini ada kaitan erat antara pusat gravitasi dengan effect-based operations (EBO).
Sebagai contoh dapat kita lihat ketika Amerika Serikat menginvasi Irak 19 Maret 2003. Sasaran utama kampanye udara sejak perang dideklarasikan adalah kepemimpinan nasional Irak. Yang dibom bukan saja istana-istana kepresidenan di mana Saddam Hussein diduga berada, tetapi juga tempat-tempat yang punya kaitan dengan sang Presiden dan keluarganya.
Militer Amerika Serikat di bawah Jenderal Tommy Frank (Commander, U.S. CENTCOM) berasumsi bahwa bila Saddam Hussein berhasil dilumpuhkan, akan menimbulkan efek besar terhadap pasukan yang loyal sama Saddam yaitu Pengawal Republik. Bila Saddam terbunuh, diharapkan perlawanan militer Irak akan kacau balau karena pusat gravitasi sudah dikacaukan dan pada akhirnya militer Irak akan menyerah. Bagi Amerika Serikat, Pengawal Republik adalah critical capability Irak yang harus diperhitungkan, karena kesetiaan pasukan ini terhadap Saddam lebih tinggi dibandingkan dengan pasukan reguler.
Kata kuncinya adalah effect-based operations. Pertanyaannya, apa sih EBO? Effect-based operations are coordinated sets of actions directed at shaping the behavior of friends, foes, and neutrals in peace, crisis, and war. Itu definisi yang dirumuskan oleh The Command and Control Research Program, lembaga think-tank milik Pentagon.
Dari definisi EBO, cukup jelas bahwa EBO dimaksudkan untuk mempengaruhi behavior lawan, selain kawan dan pihak netral dalam kondisi damai, krisis dan perang. Dalam konteks perang, EBO yang ditujukan kepada lawan diharapkan pengaruhi behavior lawan. Lumpuhnya pusat gravitasi lawan diharapkan akan pengaruhi behavior pasukan di lapangan.
Kalau kita kaitkan dengan skenario Latgab TNI 2008, menjadi aneh bin lucu bin ajaib ketika lawan dengan begitu konyolnya melakukan serangan pertama ke wilayah periperal alias pinggiran, bukan ke pusat gravitasi Indonesia. Serangan terhadap pusat gravitasi Indonesia diprioritaskan pada tahap berikutnya setelah serangan terhadap wilayah periperal berhasil mencapai tujuan. Realistiskah skenario itu dengan karakteristik perang masa kini yang menomorsatukan penghancuran dan atau pelumpuhan terhadap pusat gravitasi lawan?
Dalam perang masa kini, sejak detik pertama perang dilancarkan maka salah satu sasaran utama yang diincar adalah pusat gravitasi (center of gravity) lawan. Pusat gravitasi lawan bukan sekedar kekuatan militer, tapi sudah mengarah pada kepemimpinan nasional. Teorinya, kemampuan melumpuhkan kepemimpinan nasional lawan akan menimbulkan efek terhadap komando dan kendali (kodal) militer yang bertempur. Jadi di sini ada kaitan erat antara pusat gravitasi dengan effect-based operations (EBO).
Sebagai contoh dapat kita lihat ketika Amerika Serikat menginvasi Irak 19 Maret 2003. Sasaran utama kampanye udara sejak perang dideklarasikan adalah kepemimpinan nasional Irak. Yang dibom bukan saja istana-istana kepresidenan di mana Saddam Hussein diduga berada, tetapi juga tempat-tempat yang punya kaitan dengan sang Presiden dan keluarganya.
Militer Amerika Serikat di bawah Jenderal Tommy Frank (Commander, U.S. CENTCOM) berasumsi bahwa bila Saddam Hussein berhasil dilumpuhkan, akan menimbulkan efek besar terhadap pasukan yang loyal sama Saddam yaitu Pengawal Republik. Bila Saddam terbunuh, diharapkan perlawanan militer Irak akan kacau balau karena pusat gravitasi sudah dikacaukan dan pada akhirnya militer Irak akan menyerah. Bagi Amerika Serikat, Pengawal Republik adalah critical capability Irak yang harus diperhitungkan, karena kesetiaan pasukan ini terhadap Saddam lebih tinggi dibandingkan dengan pasukan reguler.
Kata kuncinya adalah effect-based operations. Pertanyaannya, apa sih EBO? Effect-based operations are coordinated sets of actions directed at shaping the behavior of friends, foes, and neutrals in peace, crisis, and war. Itu definisi yang dirumuskan oleh The Command and Control Research Program, lembaga think-tank milik Pentagon.
Dari definisi EBO, cukup jelas bahwa EBO dimaksudkan untuk mempengaruhi behavior lawan, selain kawan dan pihak netral dalam kondisi damai, krisis dan perang. Dalam konteks perang, EBO yang ditujukan kepada lawan diharapkan pengaruhi behavior lawan. Lumpuhnya pusat gravitasi lawan diharapkan akan pengaruhi behavior pasukan di lapangan.
Kalau kita kaitkan dengan skenario Latgab TNI 2008, menjadi aneh bin lucu bin ajaib ketika lawan dengan begitu konyolnya melakukan serangan pertama ke wilayah periperal alias pinggiran, bukan ke pusat gravitasi Indonesia. Serangan terhadap pusat gravitasi Indonesia diprioritaskan pada tahap berikutnya setelah serangan terhadap wilayah periperal berhasil mencapai tujuan. Realistiskah skenario itu dengan karakteristik perang masa kini yang menomorsatukan penghancuran dan atau pelumpuhan terhadap pusat gravitasi lawan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar