All hands,
Sebenarnya dari bulan Mei 2008 lalu saya sudah gatal sekaligus geli baca skenario Latgab TNI 2008. Bikin gatal dan geli karena skenarionya tidak realistis. Ulasan lengkapnya sebenarnya ada, tapi itu buat konsumsi media cetak saja. Yang di sini saya ulas bagian per bagian secara berseri.
Kemarin 9 Juni 2008 seorang perwira penerangan Latgab di Natuna umumkan dengan bangga bahwa pasukan TNI sudah hancurkan kekuatan lawan di Natuna yang berkuatan satu batalyon minus di Natuna. Justru itu membuat saya makin geli. Ha..ha..ha..
Gimana nggak geli, kok berani-beraninya musuh yang serang dan duduki Natuna (dari negara Sonora yang entah di mana itu) hanya dengan kekuatan satu batalyon minus!!! Skenarionya (dan realitanya memang begitu) di Pulau Natuna Besar ada satu batalyon infanteri AD. Terus lawan serang kekuatan itu dengan kekuatan satu batalyon minus.
Sepengetahuan saya, dalam teori perang jika kekuatan kita tiga kali kekuatan lawan, baru kita akan berperang/serang lawan. Berangkat dari teori itu, dengan asumsi bahwa kekuatan kita di Pulau Natuna Besar satu batalyon infanteri, maka lawan setidaknya akan sebarkan tiga batalyon untuk hancurkan kekuatan kita. Lho kok dalam skenario latgab nggak begitu? Skenario sih boleh saja dibuat macam-macam, tapi harus mendekati realisme dong. Jangan bikin skenario nggak realistis.
Tapi itulah penyakit yang hingga kita selama ini. Di mana-mana kita latihan, skenario kebanyakan tidak realistis. Padahal ketika kita operasi benaran, skenarionya realistis. Mau contoh? Lihat berapa kekuatan ABRI yang diterjun di Timor Timur waktu hari-H serangan ke Dili Desember 1975? Satu batalyon? Atau dua batalyon? Sepengetahuan saya kekuatan pas hari-H itu beberapa brigade, gabungan dari AD dan Marinir.
Begitu juga Mei 2003 waktu hadapi GAM. Saat itu kita pernah terjunkan kekuatan 40 ribu personel dari ketiga matra angkatan. Padahal berapa sih kekuatan ril GAM? Kenapa kita tidak turunkan kekuatan setara GAM? Yah karena kita pegang teori 3:1 itu.
Kalau begitu, kenapa di Latgab kita masih bikin skenario yang kebanyakan nggak realistis? Anggota yang terlibat itu sudah cape persiapan berbulan-bulan, tapi kok disuguhi skenario yang nggak atau setidak-tidaknya kurang realistis. Kalau begitu adanya, Latgab itu ---pinjam orang Manado pe istilah--- CUMA BEKING KOTOR KITA PE CELANA. Ha..ha..ha..
Sebenarnya dari bulan Mei 2008 lalu saya sudah gatal sekaligus geli baca skenario Latgab TNI 2008. Bikin gatal dan geli karena skenarionya tidak realistis. Ulasan lengkapnya sebenarnya ada, tapi itu buat konsumsi media cetak saja. Yang di sini saya ulas bagian per bagian secara berseri.
Kemarin 9 Juni 2008 seorang perwira penerangan Latgab di Natuna umumkan dengan bangga bahwa pasukan TNI sudah hancurkan kekuatan lawan di Natuna yang berkuatan satu batalyon minus di Natuna. Justru itu membuat saya makin geli. Ha..ha..ha..
Gimana nggak geli, kok berani-beraninya musuh yang serang dan duduki Natuna (dari negara Sonora yang entah di mana itu) hanya dengan kekuatan satu batalyon minus!!! Skenarionya (dan realitanya memang begitu) di Pulau Natuna Besar ada satu batalyon infanteri AD. Terus lawan serang kekuatan itu dengan kekuatan satu batalyon minus.
Sepengetahuan saya, dalam teori perang jika kekuatan kita tiga kali kekuatan lawan, baru kita akan berperang/serang lawan. Berangkat dari teori itu, dengan asumsi bahwa kekuatan kita di Pulau Natuna Besar satu batalyon infanteri, maka lawan setidaknya akan sebarkan tiga batalyon untuk hancurkan kekuatan kita. Lho kok dalam skenario latgab nggak begitu? Skenario sih boleh saja dibuat macam-macam, tapi harus mendekati realisme dong. Jangan bikin skenario nggak realistis.
Tapi itulah penyakit yang hingga kita selama ini. Di mana-mana kita latihan, skenario kebanyakan tidak realistis. Padahal ketika kita operasi benaran, skenarionya realistis. Mau contoh? Lihat berapa kekuatan ABRI yang diterjun di Timor Timur waktu hari-H serangan ke Dili Desember 1975? Satu batalyon? Atau dua batalyon? Sepengetahuan saya kekuatan pas hari-H itu beberapa brigade, gabungan dari AD dan Marinir.
Begitu juga Mei 2003 waktu hadapi GAM. Saat itu kita pernah terjunkan kekuatan 40 ribu personel dari ketiga matra angkatan. Padahal berapa sih kekuatan ril GAM? Kenapa kita tidak turunkan kekuatan setara GAM? Yah karena kita pegang teori 3:1 itu.
Kalau begitu, kenapa di Latgab kita masih bikin skenario yang kebanyakan nggak realistis? Anggota yang terlibat itu sudah cape persiapan berbulan-bulan, tapi kok disuguhi skenario yang nggak atau setidak-tidaknya kurang realistis. Kalau begitu adanya, Latgab itu ---pinjam orang Manado pe istilah--- CUMA BEKING KOTOR KITA PE CELANA. Ha..ha..ha..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar