19 Juni 2008

Kesinambungan Antar Generasi

Allhands,
Dalam sebuah rapat yang saya ikuti beberapa waktu lalu, seorang rekan perwira menyatakan dalam forum bahwa salah satu masalah yang kita hadapi dalam pembangunan AL adalah kesinambungan antar generasi. Selama ini, menurut sang perwira, tidak ada kesinambungan kebijakan ketika pimpinan kita ganti dari bapak yang satu ke bapak yang lain. Pinjam istilah yang popular di lingkungan kita, ganti pimpinan ganti kebijakan.
Saya setuju 100 persen dengan rekan perwira itu. Itu memang masalah kita selama ini, yang mungkin selama bertahun-tahun kita tak berani ungkapkan secara terbuka dalam forum resmi. Namun karena kondisi sudah berubah, mengungkapkan hal itu bukan sesuatu yang tabu lagi kini.
Terus pertanyaannya, bagaimana dong biar ke depan pola demikian tak terjadi lagi? Ada beberapa alternatif. Pertama, harus ada kesamaan visi dan komitmen di dalam komunitas AL soal postur kita ke depan. Ke depan ini katakanlah hingga 2025. Kenapa 2025? Yah karena mengacu pada RPJP Bappenas itu. Hingga 2025, kita mau kemana?
Memang ini sulit bagi kita yang belum terbiasa. Tapi kondisi memaksa kita harus begitu, apalagi kondisi keuangan negara tahun-tahun ke depan belum akan menggembirakan. Kita nggak bisa lagi atur diri sendiri semau kita seperti di masa lalu, sekarang kita harus mengacu sepenuhnya pada kebijakan pemerintah. Yang punya uang kan pemerintah, kita tahunya cuma terima dan pakai.
Bisa nggak kita sama persepsi antar generasi? Baik antar generasi yang jaraknya dekat (beda lichting nggak jauh) maupun dengan yang jaraknya jauh. Jangankan dengan yang beda lichtingnya jauh, yang beda lichtingnya dekat saja sepertinya masih susah. Apalagi dengan yang lichtingnya jauh, yang 10-15 tahun ke depan generasi ini akan pimpin AL.
Pekerjaan rumah pertama kita adalah sama persepsi itu. Kalau itu, baru kita bisa melangkah ke depan. Sebaliknya, kita akan jalan di tempat tanpa itu. Dan kita akan berdosa kepada generasi mendatang bangsa ini bila tak mampu satukan visi itu. Karena yang akan rasakan dampak dari apa yang kita lakukan di masa kini adalah generasi mendatang, termasuk anak-anak kita, bahkan cucu kita nanti.
Kedua, adanya postur. Postur seperti apa yang kita mau bangun? Itu pertanyaan yang harus kita jawab dulu. Kalau sudah ada postur ke depan, maka akan lebih gampang untuk bangun AL. Dengan catatan bahwa kita mampu laksanakan hal pertama tadi, yaitu kesamaan visi dan komitmen antar generasi di AL. Sebab bila nggak ada itu, postur sangat mungkin akan jadi dokumen resmi yang tidak dilaksanakan. Bagaimana pun kita harus akui bahwa postur bukanlah dokumen sakti, apalagi kitab suci, yang tak dapat diubah.
Bisa saja postur AL itu diubah, walaupun postur induknya yaitu postur pertahanan tidak berubah. Cuma ketika berubah, akan timbul ”korsleting” dengan Departemen Pertahanan, Departemen Keuangan dan Bappenas. Karena yang mereka pegang adalah postur pertahanan, itu acuan mereka. Sementara postur TNI dan postur angkatan harus mengacu pada postur pertahanan.
Menurut saya dua hal itu merupakan salah satu alternatif agar ada kesinambungan antar generasi di AL. Jangan lagilah AL itu ---pinjam istilah seorang senior yang sangat saya respek--- diplesetkan jadi Agak Lain. Ha..ha..ha..

Tidak ada komentar: