All hands,
Mulai 8-24 Oktober 2008, FPDA kembali menggelar latihan bersama di lepas pantai Malaysia dan Laut Cina Selatan. Sandi latihannya adalah Bersama Lima. Latihan itu merupakan latihan tahunan FPDA.
Eksistensi FPDA dimulai tahun 1971. Latar belakangnya tak lain dan tidak bukan yaitu ketakutan mereka terhadap Indonesia yang di tahun 1960-an mempunyai militer terkuat di Asia Tenggara dan berani berkata tidak kepada negara-negara Barat. Negara-negara Persemakmuran yang kemudian membentuk FPDA pernah direpotkan oleh militer Indonesia saat Konfrontasi.
Jadi sebenarnya FPDA dibentuk untuk hadapi Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu, menjadi pertanyaan apakah FPDA masih relevan? Di kawasan Asia Tenggara telah eksis ASEAN dan Indonesia tidak lagi mengambil kebijakan luar negeri yang konfrontatif. Lalu sekarang FPDA untuk hadapi siapa?
FPDA sebenarnya duri dalam daging di Asia Tenggara. Hal itu juga karena kesalahan ASEAN sendiri, karena dulu ASEAN enggan melaksanakan kerjasama pertahanan. Kerjasama pertahanan yang ada di antara negara-negara anggota lebih bersifat bilateral atau trilateral.
Sekarang ASEAN mau wujudkan ASEAN Community, yang salah satunya adalah ASEAN Security Community. Cuma masalahnya bagaimana itu bisa terwujud bila keamanan di kawasan Asia Tenggara masih diatur oleh pihak lain, yaitu FPDA. Celakanya lagi, ada negara-negara ASEAN yang merangkap anggota FPDA. Celaka berikutnya adalah Indonesia, dalam hal ini Departemen Luar Negeri, tenang-tenang saja dengan FPDA. Bagaimana mungkin agenda ASEAN Security Community akan terwujud bila FPDA masih eksis?
Kalau ASEAN ingin menjadi tuan rumah di Asia Tenggara, yah tamunya “diusir”. Tapi setelah ditelisik lebih dalam, kecenderungan politik luar negeri negara-negara ASEAN beda-beda. Ada yang bangga tidak kemana-mana alias sendirian, ada yang pro Washington, ada yang dekat sama Beijing, ada yang akrab dengan Moskow, ada yang mesra dengan London. So...where u go, ASEAN?
Mulai 8-24 Oktober 2008, FPDA kembali menggelar latihan bersama di lepas pantai Malaysia dan Laut Cina Selatan. Sandi latihannya adalah Bersama Lima. Latihan itu merupakan latihan tahunan FPDA.
Eksistensi FPDA dimulai tahun 1971. Latar belakangnya tak lain dan tidak bukan yaitu ketakutan mereka terhadap Indonesia yang di tahun 1960-an mempunyai militer terkuat di Asia Tenggara dan berani berkata tidak kepada negara-negara Barat. Negara-negara Persemakmuran yang kemudian membentuk FPDA pernah direpotkan oleh militer Indonesia saat Konfrontasi.
Jadi sebenarnya FPDA dibentuk untuk hadapi Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu, menjadi pertanyaan apakah FPDA masih relevan? Di kawasan Asia Tenggara telah eksis ASEAN dan Indonesia tidak lagi mengambil kebijakan luar negeri yang konfrontatif. Lalu sekarang FPDA untuk hadapi siapa?
FPDA sebenarnya duri dalam daging di Asia Tenggara. Hal itu juga karena kesalahan ASEAN sendiri, karena dulu ASEAN enggan melaksanakan kerjasama pertahanan. Kerjasama pertahanan yang ada di antara negara-negara anggota lebih bersifat bilateral atau trilateral.
Sekarang ASEAN mau wujudkan ASEAN Community, yang salah satunya adalah ASEAN Security Community. Cuma masalahnya bagaimana itu bisa terwujud bila keamanan di kawasan Asia Tenggara masih diatur oleh pihak lain, yaitu FPDA. Celakanya lagi, ada negara-negara ASEAN yang merangkap anggota FPDA. Celaka berikutnya adalah Indonesia, dalam hal ini Departemen Luar Negeri, tenang-tenang saja dengan FPDA. Bagaimana mungkin agenda ASEAN Security Community akan terwujud bila FPDA masih eksis?
Kalau ASEAN ingin menjadi tuan rumah di Asia Tenggara, yah tamunya “diusir”. Tapi setelah ditelisik lebih dalam, kecenderungan politik luar negeri negara-negara ASEAN beda-beda. Ada yang bangga tidak kemana-mana alias sendirian, ada yang pro Washington, ada yang dekat sama Beijing, ada yang akrab dengan Moskow, ada yang mesra dengan London. So...where u go, ASEAN?
1 komentar:
kalimat terakhir, struktur kalimatnya grammernya salah bro...
Harusna, where ARE you goING?
or
where DO you go?
Posting Komentar