All hands,
Seperti sudah diprediksi sebelumnya, Angkatan Laut Malaysia masih terus bertingkah di wilayah sengketa Laut Sulawesi (Ambalat). Selama akhir Agustus dan awal September 2008, kapal perang Malaysia beberapa kali menerobos masuk ke wilayah yang diklaim oleh Indonesia. Dan seperti biasa, kapal perang AL kita cuma bisa mengusir saja, tapi nggak berani menembak. Soalnya para pemimpin negeri di Jakarta nggak berani kasih aturan pelibatan yang bolehkan kapal perang AL menembak kapal perang Malaysia bila kondisinya mengharuskan demikian.
Boleh saja para pemimpin negeri di Jakarta bilang bahwa Indonesia cinta damai, sehingga lebih mengutamakan penyelesaian diplomatik atas sengketa itu. Tapi bukan berarti atas dasar itu terus Indonesia tidak berani tegas terhadap pelanggaran Malaysia di wilayah sengketa. Ketidakberanian pemimpin negeri di Jakarta bersikap tegas dapat dilihat ketika sang pemimpin berkunjung ke wilayah sengketa Maret 2005, di mana KRI KST-356 yang dinaiki sang pemimpin beberapa kali haluannya dipotong oleh kapal perang Malaysia.
Tindakan demikian sudah sangat jelas merupakan tindakan permusuhan. Tapi sang pemimpin tenang-tenang saja tuh. Mungkin karena dia dari matra lain sehingga nggak mengerti ”tata krama” di laut.
Negeri tetangga yang culas itu sekali-sekali harus diberi pelajaran, bukan diberi hati seperti selama ini. Bagaimana caranya beri pelajaran? Salah satunya, aturan pelibatan untuk AL kita di perairan Kalimantan Timur di masa damai harus direvisi. Aturan pelibatan itu ditetapkan dalam Surat Keputusan Panglima TNI Nomor : Skep/158/IV/2005 tanggal 21 April 2005.
Revisinya menyangkut tindakan yang harus dilakukan bila ada hostile act dari Malaysia. Sekarang kita hanya boleh menembak setelah kapal perang Malaysia membuka tembakan. Untuk membuka tembakan peringatan saja kita nggak boleh!!! Karena itulah makanya ketika kapal perang yang ditumpangi sang pemimpin negeri haluannya dipotong, kita diam saja. Padahal tindakan memotong haluan merupakan tindakan permusuhan yang dapat direspon dengan penggunaan senjata.
Seperti sudah diprediksi sebelumnya, Angkatan Laut Malaysia masih terus bertingkah di wilayah sengketa Laut Sulawesi (Ambalat). Selama akhir Agustus dan awal September 2008, kapal perang Malaysia beberapa kali menerobos masuk ke wilayah yang diklaim oleh Indonesia. Dan seperti biasa, kapal perang AL kita cuma bisa mengusir saja, tapi nggak berani menembak. Soalnya para pemimpin negeri di Jakarta nggak berani kasih aturan pelibatan yang bolehkan kapal perang AL menembak kapal perang Malaysia bila kondisinya mengharuskan demikian.
Boleh saja para pemimpin negeri di Jakarta bilang bahwa Indonesia cinta damai, sehingga lebih mengutamakan penyelesaian diplomatik atas sengketa itu. Tapi bukan berarti atas dasar itu terus Indonesia tidak berani tegas terhadap pelanggaran Malaysia di wilayah sengketa. Ketidakberanian pemimpin negeri di Jakarta bersikap tegas dapat dilihat ketika sang pemimpin berkunjung ke wilayah sengketa Maret 2005, di mana KRI KST-356 yang dinaiki sang pemimpin beberapa kali haluannya dipotong oleh kapal perang Malaysia.
Tindakan demikian sudah sangat jelas merupakan tindakan permusuhan. Tapi sang pemimpin tenang-tenang saja tuh. Mungkin karena dia dari matra lain sehingga nggak mengerti ”tata krama” di laut.
Negeri tetangga yang culas itu sekali-sekali harus diberi pelajaran, bukan diberi hati seperti selama ini. Bagaimana caranya beri pelajaran? Salah satunya, aturan pelibatan untuk AL kita di perairan Kalimantan Timur di masa damai harus direvisi. Aturan pelibatan itu ditetapkan dalam Surat Keputusan Panglima TNI Nomor : Skep/158/IV/2005 tanggal 21 April 2005.
Revisinya menyangkut tindakan yang harus dilakukan bila ada hostile act dari Malaysia. Sekarang kita hanya boleh menembak setelah kapal perang Malaysia membuka tembakan. Untuk membuka tembakan peringatan saja kita nggak boleh!!! Karena itulah makanya ketika kapal perang yang ditumpangi sang pemimpin negeri haluannya dipotong, kita diam saja. Padahal tindakan memotong haluan merupakan tindakan permusuhan yang dapat direspon dengan penggunaan senjata.
1 komentar:
Hahahaha ..... AMPUN deh kalau punya Presiden CUMI kayak gini ...
Gw nggak bakal milih dia lagi deh ...
Posting Komentar