All hands,
Kalau kita berbicara mengenai sea power, salah satu tokoh yang tidak boleh dilewatkan adalah Mahan. Lengkapnya adalah Alfred Thayer Mahan, seorang Laksamana Muda U.S. Navy yang merupakan penganjur pembangunan kekuatan laut Amerika Serikat di akhir abad ke-19. Mahan juga punya kontribusi terhadap terbentuknya U.S. Naval War College, di Newport, Rhode Island bersama-sama dengan Stephen B. Luce.
Mahan terkenal gara-gara pemikirannya yang dituang dalam buku The Influence of Sea Power upon History 1660-1783. Buku ini bacaan wajib buat para navalist dan maritime strategist. Kalau belum baca buku itu, berarti belum sah statusnya. Ha…ha…ha…
Buku itu ditulis berdasarkan pengalaman negara-negara Eropa berperang satu sama lain selama jangka waktu 1660-1783. Dari peristiwa-peristiwa itu Mahan berpendapat bahwa sea power itu mempunyai pengaruh dalam menentukan sejarah Eropa. Dan secara khusus buku itu sebenarnya ditujukan untuk menggugat kondisi sea power Amerika Serikat, yang menjelang akhir abad ke-19 tidak ada kemajuan berarti.
Selain The Influence of Sea Power upon History 1660-1783, Mahan juga menulis buku The Influence of Sea Power upon the French Revolution and Empire 1793–1812. Pertanyaannya, butir apa yang menarik dari buku Mahan The Influence of Sea Power upon History 1660-1783?
Di situ Mahan menuliskan bahwa terdapat enam kondisi prinsip yang mempengaruhi sea power suatu negara. Yaitu geographical position, physical conformation, extent of territory, number of population, national character dan character and policy of governments.
Lalu bila kita tarik ke kondisi Indonesia, yang mana yang nggak dipunyai negeri ini? Jawabannya dua yang terakhir, yaitu national character dan character and policy of governments. Itu masalah yang mendasar sekali. Kalau empat kondisi yang lain kita punya, given.
Jadi jangan salahkan siapa-siapa kalau kita cuma berstatus negara kepulauan, tapi di dunia maritim kita tidak diperhitungkan. Itu karena karakter bangsa ini yang melupakan laut. Juga karakter dan kebijakan pemerintah yang tidak memandang laut dalam arti yang sebenarnya. Padahal kondisi geopolitik Indonesia itu sangat dipengaruhi oleh laut.
Ingat, oceans unite, lands divide. Yang persatuan negeri ini adalah laut, bukan daratan. Laut itu pemersatu, bukan pemisah karena laut adalah bagian terintegrasi dari negeri ini.
Kalau kita berbicara mengenai sea power, salah satu tokoh yang tidak boleh dilewatkan adalah Mahan. Lengkapnya adalah Alfred Thayer Mahan, seorang Laksamana Muda U.S. Navy yang merupakan penganjur pembangunan kekuatan laut Amerika Serikat di akhir abad ke-19. Mahan juga punya kontribusi terhadap terbentuknya U.S. Naval War College, di Newport, Rhode Island bersama-sama dengan Stephen B. Luce.
Mahan terkenal gara-gara pemikirannya yang dituang dalam buku The Influence of Sea Power upon History 1660-1783. Buku ini bacaan wajib buat para navalist dan maritime strategist. Kalau belum baca buku itu, berarti belum sah statusnya. Ha…ha…ha…
Buku itu ditulis berdasarkan pengalaman negara-negara Eropa berperang satu sama lain selama jangka waktu 1660-1783. Dari peristiwa-peristiwa itu Mahan berpendapat bahwa sea power itu mempunyai pengaruh dalam menentukan sejarah Eropa. Dan secara khusus buku itu sebenarnya ditujukan untuk menggugat kondisi sea power Amerika Serikat, yang menjelang akhir abad ke-19 tidak ada kemajuan berarti.
Selain The Influence of Sea Power upon History 1660-1783, Mahan juga menulis buku The Influence of Sea Power upon the French Revolution and Empire 1793–1812. Pertanyaannya, butir apa yang menarik dari buku Mahan The Influence of Sea Power upon History 1660-1783?
Di situ Mahan menuliskan bahwa terdapat enam kondisi prinsip yang mempengaruhi sea power suatu negara. Yaitu geographical position, physical conformation, extent of territory, number of population, national character dan character and policy of governments.
Lalu bila kita tarik ke kondisi Indonesia, yang mana yang nggak dipunyai negeri ini? Jawabannya dua yang terakhir, yaitu national character dan character and policy of governments. Itu masalah yang mendasar sekali. Kalau empat kondisi yang lain kita punya, given.
Jadi jangan salahkan siapa-siapa kalau kita cuma berstatus negara kepulauan, tapi di dunia maritim kita tidak diperhitungkan. Itu karena karakter bangsa ini yang melupakan laut. Juga karakter dan kebijakan pemerintah yang tidak memandang laut dalam arti yang sebenarnya. Padahal kondisi geopolitik Indonesia itu sangat dipengaruhi oleh laut.
Ingat, oceans unite, lands divide. Yang persatuan negeri ini adalah laut, bukan daratan. Laut itu pemersatu, bukan pemisah karena laut adalah bagian terintegrasi dari negeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar